Artikel Ini Telah Direview Oleh:
Laksono Radityo
Praktisi Budidaya Udang
White Spot Syndrome Virus (WSSV) adalah patogen yang sangat ganas dan sangat sulit untuk disembuhkan apabila sudah menyerang udang. WSSV pada udang dapat menyebabkan kematian hingga 100% dalam waktu 3-10 hari sejak gejala klinis muncul.
WSSV hanya bisa diantisipasi dengan tindakan pencegahan, seperti memilih benih yang unggul dan manajemen budidaya yang baik. Oleh karena itu, Bapak/Ibu Petambak perlu melakukan suatu pencegahan yaitu pemantauan terhadap keberadaan WSSV pada tambak udang.
Yuk, baca artikel ini untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang gejala, penyebab, dan cara mengatasi WSSV pada udang!
Apa itu WSSV?
White Spot Syndrome Virus (WSSV) adalah patogen yang menyebabkan penyakit bintik putih (White Spot Disease) pada udang. Biasanya, Petambak lebih familiar dengan sebutan penyakit WS.
WSSV pertama kali terdeteksi di Taiwan pada tahun 1992, kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara hingga ke wilayah Amerika Latin. Awal penyebaran penyakit WS di Indonesia pada tahun 1994 di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa barat, hingga Aceh Selatan.
WSSV berbentuk bulat telur dan memiliki selubung virus dengan panjang 210-420 nm dan lebar 70-167 nm. WSSV dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh udang melalui hemolimfa yang membentuk garis-garis horizontal dengan lebar 20 nm. Udang yang terserang WSSV akan mempunyai bintik putih dengan diameter 0,5-2 mm pada bagian kepalanya.
Ketika infeksi makin parah, bintik putih ini bisa menyebar ke seluruh tubuh udang. Selain bintik putih, tubuh udang yang terinfeksi WSSV akan berubah menjadi pucat kemerahan. Tak hanya itu, udang juga akan menjadi lemas dan ususnya kosong karena tidak nafsu makan. Udang yang terserang WSSV akan mengalami kerusakan pada sel-sel hepatopankreas, lambung, insang, dan usus.
Berikut ini adalah pemicu penyakit WSSV pada udang:
1. Kualitas Air yang Buruk
Penyakit WS muncul disebabkan oleh kondisi lingkungan, inang, dan patogen. Ketika terjadi penurunan kualitas air secara signifikan, maka udang akan mengalami stres dan sistem kekebalan tubuhnya menurun, sehingga udang akan mudah terserang virus.
Berikut adalah parameter yang membuat patogenitas dari virus meningkat:
- Amonia > 1 mg/l
- Nitrit > 1 mg/l
- Fluktuasi suhu
- Fluktuasi pH
- DO < 3 mg/l
- TOM > 80 ppm
- Perubahan salinitas secara cepat
- Total vibrio tinggi
2. Manajemen Pakan yang Buruk
Pemberian pakan secara berlebih, yang dikenal dengan istilah overfeeding dapat meningkatkan bahan organik dan memicu peningkatan senyawa toksik, sehingga udang akan mudah terserang penyakit.
3. Biosekuriti Tambak Kurang Baik
Penerapan biosekuriti adalah proses yang sangat penting pada budidaya udang. Salah satu caranya adalah dengan sterilisasi yang berguna untuk membunuh patogen pembawa penyakit. Apabila proses ini tidak dilakukan dengan baik, maka penyakit akan dengan mudah muncul dan menginfeksi udang. Selain itu, benur yang tidak memiliki sertifikat SPF (Specific Pathogen Free) akan rentan terkena penyakit. Untuk itu, Bapak/Ibu sangat disarankan memilih benur yang SPF.
WSSV menyerang udang pada semua stadia, baik benur maupun udang dewasa. Selain itu, WSSV dapat menyebabkan kematian total hingga 100% populasi udang di tambak. Infeksi akan terjadi selama 2-10 hari setelah muncul gejala. Sementara, kematian massal terjadi pada 3-10 hari setelah udang terinfeksi.
Gejala Penyakit WSSV
Penyakit WS terjadi akibat adanya stres pada udang akibat faktor lingkungan, seperti perubahan salinitas yang mendadak, suhu yang berubah signifikan, rendahnya DO, dan tingginya konsentrasi amonia pada tambak.
Perubahan lingkungan tersebut dapat menyebabkan sistem imun udang turun. Hal ini dikarenakan energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan dan menjaga daya tahan tubuh berkurang karena proses osmoregulasi.
Osmoregulasi adalah upaya yang dilakukan udang vaname untuk mengontrol keseimbangan air dan ion-ion pada tubuh dengan lingkungannya. Terganggunya osmoregulasi pada udang dapat mengakibatkan pertumbuhan udang cenderung lambat. Hal ini dikarenakan dinamika salinitas air yang berubah secara signifikan.
WS menimbulkan bintik-bintik putih pada karapas udang yang berasal dari penumpukan garam-garam kalsium abnormal. Udang yang terjangkit WSSV akan menunjukkan gejala-gejala seperti berikut:
- Tampak sekarat
- Terdapat bintik putih berbentuk lingkaran
- Terdapat warna kemerahan sampai kecoklatan di seluruh tubuh udang
- Tubuh kotor dipenuhi lumut
- Sebelum terinfeksi WSSV, nafsu makan udang meningkat. Setelah itu, nafsu makan udang turun secara signifikan
- Hepatopankreas membesar
- Respon terhadap pakan lambat dan usus kosong
Untuk lebih jelasnya, Bapak/Ibu dapat melihat gambar udang terserang WSSV pada tabel di bawah ini!
Apabila didapatkan udang sangat aktif makan dan sering berada di permukaan air, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya serangan WSSV. Udang yang terserang WSSV biasanya tumbuh sangat cepat, yaitu dapat mencapai ukuran hingga > 4 gram pada umur satu bulan, di mana udang normal di tambak berukuran 2-3 gram pada umur satu bulan.
Bintik putih biasanya dimulai dari bagian kepala udang, kemudian menyebar ke bagian badan. Penyakit bintik putih biasanya muncul pada DOC 30-70 hari. Oleh karena itu, Bapak/Ibu harus segera melakukan penanganan penyakit saat ditemukan udang tumbuh abnormal (terlalu besar).
Setelah Bapak/Ibu mengetahui gejala penyakit WSSV, Bapak/Ibu perlu mengetahui perkembangan WSSV yang mencakup tiga tahap, sebagai berikut:
- Inkubasi (Tahap Awal):
- Udang yang terinfeksi WSSV akan menunjukkan atau tidak menunjukkan gejala klinis
- Udang yang terinfeksi mungkin masih menunjukkan aktivitas renang yang normal
- Transisi:
- Muncul bintik putih pada karapas dan muncul gejala klinis lainnya
- Onset (Tahap Akhir):
- Udang yang terinfeksi akan mati dalam hitungan beberapa jam hingga hari
Udang yang terinfeksi WSSV akan mengalami perubahan tingkah laku seperti menurunnya aktivitas berenang, berenang tidak terarah, dan sering kali berenang pada satu sisi tambak saja. Selain itu, udang akan cenderung bergerombol di tepi tambak dan berenang di permukaan.
WSSV dapat menular melalui jalur vertikal, yaitu menyebar melalui induk ke benur udang. Penularan lainnya melalui jalur horizontal, yaitu melalui air dan terjadi kontak langsung dengan udang yang terinfeksi WSSV.
Selain itu, WSSV dapat menular melalui perantara burung dari tambak satu ke tambak lain. Cara penularannya adalah burung memakan udang sakit yang berenang di permukaan tambak dan sisa udang yang tidak termakan oleh burung jatuh ke tambak lainnya.
Cara Mencegah dan Mengatasi WSSV
Penyakit bintik putih pada udang perlu dicegah sejak dini, agar tidak memicu timbulnya masalah budidaya seperti gagal panen. Penyakit WS pada udang terbilang sulit untuk disembuhkan, akan tetapi Bapak/Ibu bisa melakukan langkah pencegahan penyakit ini, di antaranya:
1. Manajemen Pakan yang Tepat
Untuk menjaga kualitas air tambak selalu dalam kondisi optimal, Bapak/Ibu perlu melakukan manajemen pakan untuk menghindari overfeeding dan penurunan kualitas air. Berikut adalah tips manajemen pakan udang yang dapat Bapak/Ibu jadikan sebagai acuan:
- Tentukan Jumlah Pakan Berdasarkan Umur (DOC) Udang
Penentuan jumlah pakan yang diberikan ke udang harus didasarkan sesuai umur udang. Misalnya, untuk udang dengan DOC < 30 hari, pemberian pakan dapat dilakukan dengan blind feeding, sebab kebutuhan pakan belum dihitung secara akurat.
Sementara untuk DOC > 30 hari, Bapak/Ibu perlu menghitung jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan udang. Perhitungan jumlah pakan didasarkan pada survival rate, rata-rata berat badan udang, dan feeding rate.
- Frekuensi Pemberian Pakan
Pada tubuh udang, pakan yang dikonsumsi akan diproses selama 3-4 jam. Hal ini dapat Bapak/Ibu jadikan patokan dalam menentukan frekuensi pemberian pakan setiap harinya. Bapak/Ibu dapat memberikan pakan 3-5 kali dalam sehari sesuai dengan stadia udang.
- Pastikan Cara Pemberian Pakan Dilakukan dengan Benar
Cara pemberian pakan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penebaran secara langsung (manual) dan dengan bantuan autofeeder. Kemudian, Bapak/Ibu dapat melakukan monitoring nafsu makan udang dengan menggunakan anco. Caranya adalah dengan memasukkan anco berisi pakan udang tiap 2-3 jam setelah pemberian pakan.
2. Pencegahan secara Ramah Lingkungan
Pencegahan penyakit yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan imunostimulan dan vitamin. Manfaatnya adalah dapat memulihkan kesehatan udang karena perubahan lingkungan (mengurangi stres), meningkatkan metabolisme, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
Bapak/Ibu juga dapat melakukan aplikasi probiotik untuk lingkungan (dasar tambak dan air) serta pakan untuk meningkatkan kesehatan udang, meningkatkan sistem pencernaan, memperbaiki kualitas air tambak, serta mengurangi kematian karena berkurangnya virulensi bakteri dan virus patogen penyakit.
Tak hanya itu, Bapak/Ibu dapat melakukan aplikasi berupa bahan sterilisasi yang lebih ramah lingkungan dan tanpa residu dengan dosis rendah. Pencegahan lainnya adalah Bapak/Ibu perlu melakukan sirkulasi rutin dan aplikasi mineral sesuai dengan kondisi cuaca.
3. Penerapan Biosekuriti yang Tepat
Biosekuriti adalah aturan yang diterapkan untuk meminimalkan terjadinya risiko penularan penyakit di tambak udang. Biosekuriti yang dapat Bapak/Ibu lakukan adalah dengan cara menghilangkan lumpur pada tambak, pengapuran, dan pengeringan sistem di antara siklus budidaya. Hal ini dapat membasmi vektor pembawa WSSV berupa kepiting, cacing polikaeta, dan spesies bentik lainnya.
Tak hanya itu, biosekuriti yang dapat dilakukan untuk mencegah WSSV adalah Bapak/Ibu dapat membuat pagar dengan menambahkan saluran yang dilengkapi dengan biofilter. Pagar tersebut berfungsi untuk mencegah masuknya carrier atau penyakit.
Bapak/Ibu dapat membuat pagar dari plastik atau waring yang dipasang mengelilingi tambak untuk mencegah hewan lain masuk. Selain itu, air yang digunakan untuk budidaya udang perlu Bapak/Ibu tampung atau diendapkan pada tandon terlebih dahulu agar kualitasnya lebih baik.
4. Pastikan Benur Udang Bebas Penyakit
WSSV bisa berasal dari air yang digunakan atau bahkan muncul dari benur udang yang ditebar. Untuk itu, Bapak/Ibu perlu memastikan benur tersebut dalam kondisi sehat dan berkualitas.
Benur unggul dan bersertifikasi menjadi salah satu langkah sukses dalam budidaya. Berikut ini adalah ciri-ciri benur sehat:
- Benur yang SPF (Specific Pathogen Free) terhadap penyakit WSSV
- Antena benur utuh dan tidak patah, serta bisa membuka dan menutup
- Bentuk tubuh lurus dan langsing
- Mata mengkilap
- Warna cerah dan tidak ada bercak pada kulit
- Ekor tidak cacat dan membuka
5. Rutin Melakukan Pengecekan
Bapak/Ibu perlu melakukan pengecekan secara rutin pada tambak. Caranya adalah dengan melakukan pengukuran kualitas air setiap hari, monitoring udang saat di anco, dan sampling udang secara berkala untuk melihat kondisi tubuh udang.
Setelah Bapak/Ibu mengetahui cara mencegah penyakit WS pada udang, Bapak/Ibu juga perlu mengetahui cara mengatasi WSSV. Hal ini dikarenakan apabila ada satu udang yang terinfeksi WSSV, maka udang-udang lainnya berpotensi tertular hingga akhirnya mengalami kematian massal.
Sebelum terjadi kerugian pada budidaya yang Bapak/Ibu jalani, Bapak/Ibu disarankan untuk mengetahui strategi untuk mengatasi WSSV, di antaranya:
- Identifikasi Sejak Dini
Langkah pertama mengatasi WSSV adalah dengan melakukan pengecekan sebagai identifikasi dini. Bapak/Ibu dapat melakukan pengecekkan di laboratorium dengan PCR, apabila Bapak/Ibu rutin dalam melakukan pengecekan maka akan lebih cepat mendeteksi penyakit WS ataupun penyakit lainnya pada udang.
- Panen Lebih Awal
Bapak/Ibu dapat melakukan panen lebih awal apabila penyakit bintik putih tersebut belum menyebar luas. Panen udang sebelum waktunya disebut sebagai solusi alternatif, dibandingkan Bapak/Ibu membiarkan udang tetap hidup namun berujung kematian massal.
- Sterilisasi Tambak
Setelah Bapak/Ibu melakukan panen, Bapak/Ibu perlu melakukan sterilisasi pada area tambak agar WSSV tidak menyerang udang kembali. Proses sterilisasi ini disebut dengan eradikasi, yaitu Bapak/Ibu perlu memasukkan klorin sebanyak 30 ppm pada tambak yang telah terisi air.
Bapak/Ibu dapat mengubur atau membakar udang yang mati saat proses pemanenan. Hal tersebut berguna untuk mencegah penyebaran penyakit. Selain melakukan sterilisasi tambak, Bapak/Ibu juga harus mensterilkan peralatan budidaya yang berpotensi menjadi tempat munculnya virus WSSV.
Cegah Kematian Udang dari WSSV dengan Konsultasi Budidaya di eFarm
Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?
Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.
Salah satu persoalan terbesar pada budidaya udang adalah udang mudah terpapar bakteri dan wabah penyakit, salah satunya adalah WSSV. Sehingga, Bapak/Ibu perlu melakukan pemeliharaan dengan tepat dan ekstra hati-hati.
Bapak/Ibu dapat mencegah udang yang dibudidayakan terpapar oleh wabah penyakit, sehingga meminimalkan kematian pada saat proses budidaya. Bagaimana caranya? Kini, Bapak/Ibu Petambak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendampingan gratis dalam mengatur budidaya, khususnya tambak udang.
Bapak/Ibu dapat berkonsultasi tentang persoalan budidaya udang pada ahlinya melalui fitur khusus yaitu Konsultasi Budidaya dari eFarm! Ada banyak ahli Akuakultur dan Petambak udang profesional yang siap berdiskusi dengan Bapak/Ibu secara online.
Yuk, segera download eFarm secara GRATIS, sekarang juga!
Laksono Radityo - Praktisi Budidaya Udang
Berpengalaman sebagai asisten riset perikanan dan teknisi tambak udang. Saat ini aktif sebagai Technical Support Online di eFishery
Pertanyaan Seputar WSSV pada Udang
WSSV pada udang adalah virus yang menyebabkan penyakit bintik putih (White Spot Disease) pada udang. Virus ini terbilang ganas dan sulit untuk disembuhkan karena dapat menyebabkan kematian massal hingga 100%.
- Dey BK, Dugassa GH, Hinzano SM, Bossier P. 2019. Causative Agent, Diagnosis and Management of White Spot Disease in Shrimp. 12(2): 822-865. DOI 10.1111/raq.12352
- Lilisuriani. 2020. Serangan Penyakit Virus pada Udang di Tambak Tanpa Memperlihatkan Gejala Klinis. Jurnal Ilmu Perikanan. 9(1): 25-32.
- Ramos-Carren S, Valencia Yanez R, Correa Sandoval F, Ruız Garcıa N, Dıaz Herrera F, Giffard Mena I. 2014. White spot syndrome virus (WSSV) infection in shrimp (Litopenaeus vannamei) exposed to low and high salinity. Arch Virol. 159(9): 2213-2222. DOI 10.1007/s00705-014-2052-0
- Suprapto H dan Kartika Y. 2012. Pemantauan Virus dengan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) di Pantai Utara Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(1): 65-71.
- Yanto H. 2006. Diagnosa dan Identifikasi Penyakit Udang Asal Tambak Intensif dan Panti Benih di Kalimantan Barat. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi. 7(1): 17-32.