manajemen dan analisis ternak udang vaname di kolam beton
manajemen dan analisis ternak udang vaname di kolam beton

Manajemen & Analisis Ternak Udang Vaname di Kolam Beton (VITON)

Artikel Ini Telah Direview Oleh:

Syavin Pristiwayuning
Syavin Pristiwayuning

Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Budidaya atau ternak udang vaname di kolam beton menjadi salah satu pilihan utama karena memiliki banyak keunggulan, seperti mudah dalam melakukan pemeliharaan udang dan mudah melakukan pengontrolan lingkungan kolam budidaya. Salah satu sistem budidaya udang vaname di kolam beton yang terkenal, yaitu VITON.

Namun, budidaya udang vaname di kolam beton memerlukan beberapa hal yang harus diperhatikan agar budidaya yang dijalani makin maksimal. Bapak/Ibu yang tertarik melakukan budidaya VITON dapat membaca artikel ini sampai selesai, karena artikel ini akan membahas tuntas tentang manajemen dan analisis budidaya VITON. 

Yuk, simak sampai bawah!

Apa itu VITON?

VITON (Vaname Intensif di Bak Beton) adalah proses budidaya udang vaname secara intensif yang dilakukan di bak beton. Saat ini, VITON dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi budidaya udang.

Material pada kolam beton ini adalah semen, dengan begitu kolam ini tidak mudah roboh atau rusak. Selain itu, kolam beton memiliki usia yang relatif lebih lama dan tidak mudah terkikis air, sehingga dapat dikatakan kolam beton cenderung lebih awet dibandingkan kolam budidaya udang lainnya. Tak hanya itu, VITON dapat dijadikan investasi jangka panjang, serta dinilai lebih efektif, efisien, dan murah. 

kolam tambak udang beton
Sumber: Romi Novriadi (Academia.edu)

Berikut adalah keunggulan budidaya udang di kolam beton, di antaranya:

  • Menghilangkan Porositas Tanah

Penggunaan bak beton sebagai kolam budidaya udang dapat mengurangi penurunan tanah akibat tekanan air. Hal ini dikarenakan semen yang digunakan untuk membuat bak beton mengisi rongga atau pori-pori tanah.

  • Memutus Interaksi Tanah dengan Air Budidaya

Penggunaan bak beton dalam budidaya udang vaname, dapat meminimalkan masalah kualitas air. Pasalnya, apabila Bapak/Ibu menggunakan kolam tanah, Bapak/Ibu perlu melakukan perhatian khusus pada kondisi tanah.

Penggunaan kolam tanah dapat mengakibatkan terakumulasinya bahan organik selama budidaya berlangsung, sehingga memungkinkan menyebabkan masalah pada siklus budidaya udang selanjutnya.

  • Mempermudah Pengolahan Kualitas Air

Dengan menggunakan bak beton, kondisi tambak akan lebih terkontrol, sehingga memudahkan Bapak/Ibu dalam melakukan pengelolaan kualitas air.

  • Mempermudah Sterilisasi

Sterilisasi pada bak beton, dianggap lebih mudah karena memiliki permukaan yang rata. Selain itu, menggunakan bak beton dapat meminimalkan hama yang berasal dari tanah.

  • Memperpendek Waktu Pengeringan Kolam

Dengan menggunakan kolam beton, proses pengeringan kolam akan lebih cepat. Pasalnya, apabila Bapak/Ibu menggunakan kolam tanah, waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan relatif lama, karena sebelum proses tersebut Bapak/Ibu perlu melakukan pembajakan tanah terlebih dahulu.

  • Perawatan Mudah dan Tahan Lama

Tambak udang dengan bak beton memiliki perawatan yang lebih mudah dan lebih tahan lama, karena kolam beton memiliki kemampuan tinggi untuk menampung beban dan tahan terhadap suhu tinggi maupun rendah.

jenis kolam udang
Sumber: eFishery

Di balik banyaknya keuntungan menggunakan kolam beton, terdapat beberapa tantangan yang harus Bapak/Ibu ketahui, di antaranya:

  • Penambahan Biaya Investasi

Bak beton memiliki ketahanan yang kuat dan tahan lama, oleh karena itu Bapak/Ibu perlu menambah biaya investasi. Namun bila ditinjau ulang, biaya investasi yang Bapak/Ibu keluarkan sebanding dengan ketahanan dan lama penggunaan untuk budidaya udang.

  • Perlu Memperhatikan Kondisi Kolam Beton

Kolam beton memiliki ketahanan yang tinggi, namun kolam ini juga memiliki kelemahan, yaitu apabila terkena gempa maka akan membuat retakan pada kolam. Sehingga, Bapak/Ibu perlu melakukan pengecekan secara berkala.

  • Pengecekan Kualitas Air secara Rutin

Bapak/Ibu perlu melakukan pengecekan kualitas air secara rutin, hal tersebut dikarenakan kotoran, sisa pakan, dan bahan organik pada kolam budidaya udang bersifat toksik.

Bapak/Ibu perlu memperhatikan pemberian pakan, apabila sisa pakan dalam kolam bak beton menumpuk maka akan mengakibatkan pembusukan pada air budidaya, sehingga menurunkan kualitas air kolam dan menjadi tempat berkembangbiakan penyakit.

Bapak/Ibu disarankan untuk selalu menjaga kualitas air, seperti DO. Kadar oksigen yang disarankan pada budidaya udang di bak beton minimal 4 mg/l. Selain itu, Bapak/Ibu disarankan untuk menambahkan kincir air pada kolam beton untuk menjaga kadar oksigen.

Manajemen Budidaya Udang Vaname VITON

Dalam budidaya udang vaname di kolam beton, terdapat beberapa manajemen yang perlu dilakukan, seperti:

1. Manajemen Nursery

benur udang
Sumber: Benur Top

Nursery atau pendederan adalah cara yang telah lama dikenal oleh Petambak di Indonesia. Teknologi nursery menghasilkan benih dengan sistem pencernaan dan daya adaptasi lebih baik.

Manfaat lainnya adalah dapat memperkecil risiko kematian benur dan mengurangi penyebaran penyakit. Tak hanya itu, seleksi benih juga akan lebih efektif, sehingga benih yang digunakan untuk budidaya hanyalah yang berkualitas saja.

Beberapa komponen utama pemanfaatan nursery sebagai pendukung produksi VITON, di antaranya:

  • Asupan nutrisi tepat di fase awal pemeliharaan.
  • Biosecurity.
  • Mengontrol manajemen air, pakan, dan kesehatan udang.

Namun, dalam pemanfaatan nursery ada beberapa yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:

  • Padat tebar dan lama pemeliharaan diupayakan tidak menurunkan performa pertumbuhan udang vaname.
  • Lokasi nursery harus berdekatan dengan lokasi pembesaran untuk mengurangi risiko stres pada udang vaname.

Manajemen nursery terbagi dalam pengelolaan air, pengelolaan pakan, dan kesehatan udang. Parameter kualitas air yang utama adalah ketersediaan DO minimal 5 ppm dan pH berkisar 7,5-8.

Selain pengelolaan air, Bapak/Ibu juga perlu melakukan pengelolaan pakan dan kesehatan udang. Dengan pemberian pakan yang sesuai antara jumlah dengan nutrisinya, akan membuat kesehatan dan pertumbuhan udang optimal.

Bapak/Ibu juga perlu memperhatikan padat tebar, Bapak/Ibu bisa menebar benih dengan kepadatan 6000-9000 PL/m³ dengan berat benih awal berkisar 0,01-0,03 gram. 

Selain itu, Bapak/Ibu perlu meninjau manajemen produksi dan carrying capacity lingkungan selama masa pemeliharaan hingga akhirnya mendapatkan benih dengan ukuran yang diinginkan.

Bapak/Ibu juga perlu meminimalkan potensi udang stres akibat handling dan aklimatisasi benih ketika akan dimasukkan ke dalam bak pembesaran. Apabila Bapak/Ibu tidak memperhatikan hal tersebut, kemungkinan dapat terjadi kematian benih akibat stres yang dialami.

2. Manajemen Pemeliharaan

do meter tambak udang
Sumber: eFishery

Dalam manajemen pemeliharaan udang di bak beton, Bapak/Ibu perlu melakukan hal penting dalam sistem VITON, seperti persiapan kolam, persiapan air, penebaran benih, pemeliharaan, pengecekan kualitas air dan penyakit, serta panen.

Berikut adalah cara budidaya udang vaname di kolam beton, di antaranya:

  • Persiapan Kolam Beton

Tahap awal dalam budidaya bak beton adalah mempersiapkan kolam atau bak beton. Ukuran kolam yang digunakan dapat Bapak/Ibu sesuaikan dengan lahan yang ada. 

Setelah mempersiapkan kolam, sebaiknya Bapak/Ibu perlu melakukan pengecekan kondisi kolam. Bapak/Ibu dapat melakukan pengecekan apakah kolam terdapat kebocoran atau tidak. Selain itu, Bapak/Ibu bisa melakukan pengecekan sisa kotoran dari siklus sebelumnya yang menempel pada dinding kolam beton.

Kotoran pada dinding kolam dapat Bapak/Ibu bersihkan dengan sabun. Setelah itu, Bapak/Ibu perlu melakukan pengapuran di dasar kolam untuk mencegah unsur biotik dan hama yang merugikan.

  • Persiapan Air

Setelah Bapak/Ibu melakukan persiapan kolam, Bapak/Ibu juga perlu melakukan persiapan air, mulai dari tahap sterilisasi hingga pembentukan air. 

Tahap sterilisasi bertujuan untuk mematikan mikroorganisme pada kolam, adanya mikroorganisme dikhawatirkan dapat mengganggu proses budidaya. Pada tahap ini, Bapak/Ibu bisa menggunakan klorin, TCCA, H2O2, saponin, cupri sulfat, dan lainnya.

Kemudian, tahap pembentukan air digunakan untuk menghidupkan mikroorganisme seperti plankton atau bakteri, hal ini bertujuan untuk menunjang proses budidaya.

  • Penebaran Benih
petambak menebar benur udang
Sumber: eFishery

Setelah Bapak/Ibu melakukan persiapan air dan mengecek kualitas air, Bapak/Ibu bisa melakukan penebaran benur dengan hati-hati. Bapak/Ibu dapat memasukkan benih udang vaname dengan ukuran PL 9 – PL 11. Selain itu, Bapak/Ibu perlu memastikan udang vaname memiliki ukuran yang seragam agar tidak terjadi kanibalisme.

Tahapan penebaran benur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  1. Cek ketahanan benur dengan test stres
  2. Cek penyakit
  3. Sampling benur untuk penentuan pakan dan padat tebar
  4. Aklimatisasi benur dengan cara merendam kantong plastik berisi benur, kemudian tunggu beberapa saat sampai mengembun. Setelah itu, Bapak/Ibu dapat membuka kantong plastik dan menunggu benur keluar dengan sendirinya.
  • Pemeliharaan

Pada dasarnya, pemeliharaan udang vaname VITON sama prinsipnya dengan budidaya udang di tambak. Proses pemeliharaan yang dilakukan, meliputi: 

  1. Manajemen pakan untuk menentukan jumlah, waktu, frekuensi jenis, ukuran maupun kualitas pakan yang tepat sesuai stadia umur
  2. Manajemen kualitas air secara teratur dan kontinyu
  3. Pemberian feed additive untuk mencegah penyakit
  4. Pemberian probiotik atau fermentasi air
  5. Pengapuran air untuk menumbuhkan plankton atau suplai mineral untuk udang ketika molting
  6. Sampling udang untuk mengetahui kondisi udang
  7. Monitoring dan pengelolaan dasar tambak secara intensif
  8. Padat tebar benur disesuaikan berdasarkan spesifikasi teknologi yang diterapkan
  • Pengecekan Kualitas Air dan Penyakit

Setelah Bapak/Ibu melakukan pemeliharaan, Bapak/Ibu perlu melakukan pengecekan kualitas air dan penyakit, hasil pengukuran tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi perairan dan kondisi kesehatan udang. 

Air kolam beton untuk budidaya harus memiliki kualitas air yang baik. Berikut adalah kisaran parameter kualitas air yang optimal untuk tambak udang vaname:

tabel kisaran optimal parameter kualitas air tambak udang vaname
Sumber: eFishery

Dalam pengecekan penyakit, Bapak/Ibu terlebih dahulu perlu melakukan sampling dengan anco untuk memantau kesehatan udang agar selalu terjaga. Pengecekkan penyakit dapat dilakukan harian, mingguan, atau sesuai kebutuhan. 

3. Panen

Panen merupakan tujuan untuk mendapatkan hasil dari usaha budidaya. Proses pemanenan dilakukan ketika udang sudah mencapai batas maksimal budidaya dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. 

Umumnya, udang vaname dapat dipanen saat usia 110-130 hari. Karena pada umur tersebut pertumbuhan udang sudah tidak dapat dimaksimalkan lagi. Kemudian, pada umur tersebut udang diperkirakan mencapai size 40 ekor/kg.

Namun, apabila kapasitas kolam bak beton hampir mencapai batas maksimal, biasanya dilakukan panen parsial terlebih dahulu untuk menghindari meningkatnya kematian udang akibat kekurangan oksigen.

Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname VITON

Dalam melakukan usaha budidaya udang vaname VITON, Bapak/Ibu perlu mengetahui estimasi analisa budidaya. Contohnya yaitu studi kasus salah satu Petambak udang di Serang, Banten pada tahun 2022, dasar kolam yang digunakan berupa beton sedangkan dinding kolam dilapisi plastik HDPE 0,5 mm. Hal tersebut berguna untuk menghemat biaya konstruksi kolam. Berikut adalah analisis usahanya: 

tabel estimasi biaya investasi budidaya udang vaname dengan sistem viton
Sumber: eFishery

Dari tabel tersebut, total biaya investasi budidaya udang VITON adalah Rp 812.100.000 dengan total biaya penyusutannya adalah Rp 10.828.000 per bulan. Setelah mengetahui estimasi biaya investasi, Bapak/Ibu perlu mengetahui estimasi biaya per siklus. Mari, simak di bawah ini!

tabel estimasi biaya budidaya udang vaname dengan sistem viton per siklus
Sumber: eFishery

Dari tabel di atas, total biaya per siklus yang dikeluarkan untuk budidaya udang vaname VITON adalah Rp395.812.000.

Setelah diketahui biaya budidaya udang vaname VITON selama 1 siklus, berikut merupakan perhitungan estimasi analisa untung rugi budidaya udang vaname VITON: 

tabel estimasi analisa untung rugi per siklus budidaya udang vaname sistem viton
Sumber: eFishery

Dari total biaya per siklus yang dikeluarkan sebesar Rp 395.812.000, Petambak bisa mendapatkan penerimaan sebesar Rp 700.000.000 dengan keuntungan sebesar Rp 304.188.000. 

Biaya untuk menghasilkan udang size 50 per kg yaitu sebesar Rp 39.581. Angka biaya ini bisa dijadikan Petambak sebagai acuan untuk menentukan harga jual udang per kg yang tentunya disesuaikan dengan harga pasar agar mendapatkan keuntungan yang optimal.

Margin keuntungan yang didapatkan dari Petambak dalam budidaya udang VITON yaitu sebesar 43,46%. Hal ini menunjukkan, petambak mampu mendapatkan keuntungan sebesar 43,46% dari total keseluruhan penerimaan, di mana sisanya sebesar 56,54% digunakan untuk biaya selama budidaya.

Selanjutnya, R/C ratio menunjukkan angka 1,77 yang berarti usaha budidaya ini layak untuk dilakukan karena total penerimaan lebih besar daripada total biaya di mana setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,77 dan keuntungan sebesar Rp 0,77.

Budidaya udang vaname di kolam beton sangat menguntungkan bukan? Perhitungan estimasi tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi kolam dan jumlah benur yang akan dibudidayakan. Selain itu, apabila Bapak/Ibu menambah alat-alat lain, tentu saja biaya bulanan yang Bapak/Ibu keluarkan jadi lebih tinggi.

Pelajari Lebih Banyak tentang Manajemen Tambak Udang di eFarm!

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Budidaya udang dengan menggunakan bak beton akan sangat menguntungkan apabila Bapak/Ibu menekuni dengan serius dan menerapkan manajemen budidaya yang baik dan benar. Untuk itu, Bapak/Ibu perlu melengkapi berbagai informasi budidaya udang.

Namun, pernahkah Bapak/Ibu kesulitan mencari informasi yang dapat diandalkan dan dipercaya seputar budidaya udang? 

Dengan banyaknya hoaks yang beredar di internet, Bapak/Ibu tidak perlu khawatir lagi dalam mencari informasi, karena ada eFarm! Bapak/Ibu bisa mendapatkannya berbagai ilmu tentang Akuakultur di fitur Belajar Budidaya. eFarm menyediakan berbagai solusi untuk persoalan budidaya udang yang sedang Bapak/Ibu jalani.

Selain mendapatkan informasi tentang budidaya, Bapak/Ibu dapat berkonsultasi langsung dengan ahli Akuakultur yang bisa membantu berbagai masalah budidaya Bapak/Ibu.

Manfaatkan fitur Belajar Budidaya secara GRATIS hanya di eFarm

Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan
Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Berpengalaman sebagai asisten koordinator pelatihan teknisi pada tahun 2020 dan saat ini aktif sebagai Technical Support Online di eFishery

  • Andriyanto F, Efani A, dan Riniwati H. 2013. Analisis Faktor-Faktor Produksi Usaha Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timur; Pendekatan Fungsi COBB-Douglas. Jurnal ECSOFiM. 1(1): 82-96
  • Darwis SW. 2018. Manajemen Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di PT. Esaputli Prakarsa Utama (benur Kita) Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Skripsi. Program Studi Agribisnis Perikanan. 50 hlm.
  • Novriadi R. 2020.Produksi Udang Vannamei Intensif di Bak Beton (VITON). 38 hlm.
  • Supono. 2018. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Udang. Anugrah Utama Raharja. 132 hlm.