parameter kualitas air tambak udang dan cara menjaganya
parameter kualitas air tambak udang dan cara menjaganya

Parameter Kualitas Air Tambak Lengkap dan Cara Menjaganya

Artikel Ini Telah Direview Oleh:

Eko Afriantoro
Eko Afriantoro

Praktisi Budidaya Udang

Manajemen kualitas air tambak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya. karena merupakan upaya pengelolaan air tambak agar tetap berkualitas dan berada di kisaran yang sesuai dengan kebutuhan udang. Manajemen kualitas air meliputi persiapan tambak, pengisian air, dan perawatan kualitas air selama budidaya. 

Persiapan Kolam dan Pengisian Air Tambak

Sebelum memulai budidaya, diperlukan persiapan kolam seperti pengeringan selama ± 1 bulan, pengapuran, pemupukan, dan pengisian air. Adapun langkah pengisian dan treatment air yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
  1. Lakukan sterilisasi petak budidaya dengan menggunakan desinfektan seperti kaporit. Tujuan sterilisasi air adalah untuk membunuh hama dan patogen pembawa penyakit yang merugikan selama proses budidaya.
  2. Masukkan air ke dalam petak budidaya hingga ketinggian minimal 100 cm.
  3. Hidupkan kincir untuk menambah kandungan oksigen terlarut dalam petak budidaya.
  4. Lakukan penebaran probiotik seperti Lactobacillus sp. sebanyak 20 ppm selama 7 hari berturut-turut. 
  5. Jika plankton belum tumbuh, maka lakukan pemberian pupuk campuran ZA dan Urea 5 ppm. 
  6. Lakukan pengecekan air sebelum dilakukan penebaran benur. Tujuannya adalah untuk mengecek kualitas air agar sesuai dengan kebutuhan benur. 

Perawatan Air Tambak Selama Budidaya Udang

Manajemen kualitas air selama proses budidaya berlangsung merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya. Hal tersebut dikarenakan kualitas air berperan penting untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang. Sehingga, diperlukan manajemen kualitas air yang baik. Adapun manajemen kualitas air yang bisa dilakukan adalah:
  1. Melakukan pergantian air secara bertahap sesuai dengan umur udang yang berkisar 5 – 20% tinggi air. 
  2. Melakukan siphon secara periodik setelah udang berumur diatas DOC 25. Tujuan dilakukannya siphon adalah untuk menghilangkan kotoran seperti feses dan sisa pakan yang berada di dasar kolam. 
  3. Lakukan treatment air seperti penambahan probiotik dan molase setiap 3 hari (dilakukan bergantian). Selain itu, bisa dilakukan treatment secara oral atau dicampur pakan. Tujuan dilakukannya treatment air dan oral yaitu untuk membentuk keseimbangan di dalam pencernaan udang, sehingga bisa menekan bakteri patogen yang merugikan. Selain itu, treatment ini juga bisa menjadi solusi dalam mengatasi plankton terlalu pekat.
  4. Jaga kualitas air tetap berada di kisaran optimal untuk pemeliharaan udang dan segera lakukan treatment apabila kualitas air berada di kisaran tidak optimal. Berikut adalah tabel kisaran optimal parameter kualitas air tambak udang selama masa pemeliharaan:
tabel kisaran optimal parameter kualitas air tambak udang
Sumber: Jurnal Ilmiah
Perubahan kualitas air biasa terjadi selama masa pemeliharaan yang biasanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti kondisi cuaca, bahan organik dalam tambak, mikroorganisme tidak seimbang, dan lain-lain (tergantung parameter kualitas air apa yang berubah). Berikut merupakan penjelasan kendala, penyebab, dan solusi dari permasalahan air tambak udang:

Parameter Fisika

Parameter fisika meliputi suhu, kecerahan, dan warna air tambak. Berikut merupakan beberapa kendala dan penyebab yang umum ditemukan di masing-masing parameter:
beberapa kendala dalam parameter fisika kualitas air tambak udang
Sumber: eFishery

1. Suhu

Suhu yang tinggi bisa diatasi dengan memaksimalkan kincir untuk menghindari pelapisan (blooming) plankton dan kontrol pemberian pakan secara ketat sesuai estimasi SR dikarenakan nafsu makan udang di suhu tinggi akan meningkat. Selain itu, Petambak juga bisa memasang waring untuk mengurangi suhu panas.  Sedangkan, suhu rendah bisa diatasi dengan mengusahakan air tidak terlalu dalam dan plankton lebih pekat (25 cm). Plankton juga perlu dijaga agar tidak mengalami drop ketika hujan. Selain itu, Bapak/Ibu bisa memaksimalkan pemberian kapur jika suhu turun akibat hujan lebat dan mengurangi pemberian pakan karena ada potensi nafsu makan udang menurun. 

2. Kecerahan

Apabila air berwarna keruh dan disebabkan oleh mineral (warna air cokelat), Bapak/Ibu dapat mengatasinya dengan pengendapan partikel, penyaringan air dan penambahan materi organik. Namun, jika air keruh disebabkan oleh plankton (warna air kehijauan), maka Bapak/Ibu dapat melakukan pengapuran dan mengurangi penggunaan pupuk. Sedangkan, apabila air tambak berwarna bening, Bapak/Ibu bisa menyediakan sumber nutrien yang cukup untuk menumbuhkan plankton dan melakukan treatment air, seperti pemberian fermentasi dedak, untuk menyehatkan dan menumbuhkan plankton.

3. Warna Air

Warna air tambak yang bagus dan cocok untuk budidaya udang adalah cokelat muda, cokelat tua, hijau daun muda, dan hijau kecoklatan. Jika air tambak berwarna lain, maka Bapak/Ibu bisa melakukan beberapa hal berikut ini:
  • Jika air tambak berwarna cokelat kehijauan dan hijau kekuningan, maka Bapak/Ibu bisa melakukan pengenceran air
  • Jika air tambak berwarna cokelat biru, cokelat kemerahan, hijau tua, hijau kebiruan, maka Bapak/Ibu bisa melakukan pergantian air
  • Jika air tambak berwarna cokelat kemerahan, maka Bapak/Ibu bisa memberikan kapur dan pupuk urea
  • Jika air tambak berwarna hijau tua, maka Bapak/Ibu bisa memberikan kapur dolomit (kapur yang mengandung magnesium) 
  • Jika air tambak berwarna cokelat kehitaman jernih, maka Bapak/Ibu bisa melakukan reklamasi tanah

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Parameter Kimia

Parameter kimia meliputi pH, DO, salinitas, amonia, nitrit, nitrat, alaklinitas, dan TOM. Berikut merupakan beberapa kendala dan penyebab yang umum ditemukan di masing-masing parameter:

beberapa kendala dalam parameter kimia kualitas air tambak udang
Sumber: eFishery

1. pH

Permasalahan pH pada umumnya terbagi menjadi 3, yaitu:

  • pH terlalu tinggi

Jika pH tinggi dan terjadi drop plankton, maka segera lakukan siphon untuk mengurangi limbah organik. Namun jika pH tinggi dan dominan BGA (Blue Green Algae), maka jaga keseimbangan plankton dan usahakan dominan plankton cokelat/diatom. 

  • pH terlalu rendah 

Jika pH rendah, maka segera lakukan siphon dasar dan treatment penambahan bakteri nitrifikasi. Jika pH rendah karena indikasi drop plankton, segera lakukan siphon dasar dan jaga keseimbangan plankton dengan menambahkan pupuk untuk menumbuhkan kembali plankton.

  • Fluktuasi pH 

Jika fluktuasi pH masih berada di range pH <0,2, Petambak bisa memaksimalkan operasional kincir, menjaga pertumbuhan plankton yang optimal, mengurangi probiotik dan material penunjang probiotik (bahan organik seperti molase/tetes). Namun, jika fluktuasi pH berada di kisaran pH >0,5 karena plankton terlalu pekat, segera lakukan pengenceran, siphon dan aplikasi kaptan. 

Sedangkan, jika fluktuasi pH terjadi karena dominan BGA, maka geser dominansi BGA dengan diatom melalui pemberian kaptan di pagi hari dan mendorong pertumbuhan diatom di sore hari dengan pupuk phospat serta nitrat dosis rendah setiap hari. 

2. DO (Dissolved Oxygen) atau Oksigen Terlarut

Apabila DO rendah <4, maka optimalkan kincir dan lakukan penambahan kincir. Jika estimasi carrying capacity tidak mendukung (udang terlalu padat dalam 1 kolam), maka lakukan panen parsial untuk mengurangi kepadatan udang dan lakukan pengecekan pakan harian karena adanya potensi overfeeding serta akumulasi bahan organik yang berakibat terjadinya kompetisi oksigen di perairan. 

3. Salinitas

Apabila salinitas rendah, keluarkan air tawar yang ada di permukaan tambak melalui pipa pembuangan di atas permukaan air dan naikkan salinitas perlahan dengan penambahan air laut. 

Sedangkan, apabila salinitas tinggi tambahkan air tawar hingga ketinggian air mencapai ketinggian awal sebelum penguapan dan bisa juga dilakukan penggantian air dengan penambahan air tawar.

4. Amonia

Apabila amonia terlalu tinggi karena terjadi drop plankton segera lakukan siphon untuk membuang plankton mati yang mengendap secepatnya. Kemudian, tambahkan kaptan 5-10 ppm dan tebar probiotik dekomposer.

Jika ada indikasi overfeeding, kurangi pakan dan lakukan pengenceran. Namun, jika proses nitrifikasi terhambat, maka Bapak/Ibu bisa menambahkan bakteri nitrifikasi.

5. Nitrit dan Nitrat

Jika nitrit dan nitrat melebihi kadar optimal, lakukan siphon, kurangi pakan, pengenceran, tambahkan bakteri nitrifikasi, dan lakukan penggantian air.

6. Alkalinitas

Apabila alkalinitas rendah karena kekurangan kapur di awal persiapan tambak, maka lakukan pemberian dolomit rutin 5-10 ppm perhari. Namun, jika karena plankton tipis/sedikit sebaiknya ditumbuhkan dulu planktonnya hingga stabil. 

Sedangkan jika alkalinitas rendah karena dasar tanah asam/gambut, lakukan pengeringan dan pengapuran yang cukup di masa persiapan lahan dan budidaya serta pemberian dolomit rutin untuk menjaga kestabilan plankton, sebanyak 5-10 ppm perhari.

7. TOM (Total Organic Matter) atau Bahan Organik

Peningkatan bahan organik akibat plankton drop, overfeeding, dan/atau kotoran udang dapat memicu pertumbuhan bakteri vibrio, blooming alga dan tingginya kandungan TAN dan fosfat.

Jika TOM tinggi akibat drop plankton, maka lakukan siphon untuk buang plankton mati yang telah mengendap secepatnya. Sedangkan jika ada indikasi overfeeding, lakukan siphon, kurangi pakan, dan pengenceran air.

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Parameter Biologi

Parameter biologi terdiri dari total vibrio (TVC), total bakteri (TBC) dan plankton. Berikut merupakan beberapa kendala dan penyebab yang umum ditemukan di masing-masing parameter:

beberapa kendala dalam parameter biologi kualitas air tambak udang
Sumber: eFishery

1. Total Vibrio (TVC)

Apabila total vibrio (TVC) terlalu tinggi > 3 × 10³ CFU/ml, maka lakukan pemberian probiotik secepatnya untuk perlindungan terhadap vibrio, kontrol pakan dan pembersihan dasar kolam dengan siphon dan central drain

Jika ada indikasi drop plankton, buang plankton mati yang telah mengendap secepatnya, lalu lakukan pemberian kaptan 5-10 ppm kemudian tebar probiotik dekomposer. Selain itu, tumbuhkan plankton kembali dan jaga kestabilannya.

2. Total Bakteri (TBC)

Apabila bakteri terlalu rendah < 10 x TVC, maka lakukan pemberian probiotik berbasis bacillus subtilis, lakukan penumbuhan plankton kembali dan jaga kestabilannya.

3. Cyanophyta (blue green algae)

Apabila komposisi blue green algae terlalu tinggi (> 10%), Bapak/Ibu bisa melakukan beberapa hal berikut:

  • Jika terjadi drop plankton, plankton mati yang telah mengendap dan klekap di permukaan dibuang secepatnya dan lakukan siphon untuk mengurangi bahan organik secara teratur.
  • Lakukan pemupukan (terutama pupuk N) untuk meningkatkan N/P ratio.
  • Treatment kimia dengan Aqualisan 0.5-1.5 ppm untuk mengikis BGA. Aplikasi dilakukan siang hari saat suhu air tinggi dan BGA naik ke permukaan, sehingga tepat sasaran. Untuk dosis yang optimal harus disesuaikan dengan jenis kolam dan kondisi parameter kualitas air lainnya. 

4. Dinoflagellata

Apabila komposisi dinoflagellata terlalu tinggi (> 5%), Petambak bisa melakukan monitoring pakan secara ketat untuk memastikan tidak terjadi overfeeding. Selain itu, Bapak/Ibu bisa melakukan sipon secara rutin untuk mengurangi bahan organik.

5. Protozoa

Apabila komposisi protozoa terlalu tinggi (> 5%), lakukan monitoring pakan secara ketat untuk memastikan tidak terjadi over feeding dan lakukan sipon secara rutin untuk mengurangi bahan organik. 

6. Diatom

Apabila komposisi diatom terlalu rendah (< 50%), disarankan melakukan treatment pada air kolam dengan silikat (saat fase pemeliharaan) karena silikat merupakan penyusun utama diatom. Treatment ini untuk mendorong pertumbuhan diatom dan bakteri heterotrofik serta menjaga keseimbangan mikroorganisme di tambak.

Kualitas air yang tidak optimal dapat menyebabkan udang mengalami stres dan berujung pada kematian apabila tidak segera ditangani. Oleh karena itu, pentingnya dilakukan perawatan kualitas air setiap hari untuk menjaga agar kadarnya tetap berada di kisaran optimal. 

Rawat Kualitas Air Tambak dengan Konsultasi ke Ahli Budidaya 

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Kualitas air tambak udang perlu dirawat dengan baik agar tetap berada di kisaran yang optimal sesuai dengan kebutuhan udang. Kualitas air yang terjaga menjadikan udang tidak mudah stres, pertumbuhan plankton tetap optimal dan proses-proses yang terjadi di dalam air tetap berjalan dengan baik. Untuk mempermudah dan memaksimalkan manajemen kualitas air, Bapak/Ibu bisa mengkonsultasikannya melalui Konsultasi Budidaya di dalam aplikasi eFarm.

eFarm merupakan aplikasi pengelolaan tambak udang yang dilengkapi fitur-fitur yang dapat membantu proses budidaya udang. Salah satu fitur yang dimiliki eFarm adalah Konsultasi Budidaya. Melalui fitur tersebut, Bapak/Ibu bisa mengkonsultasikan permasalahan seputar udang, yang nantinya akan dijawab oleh ahli Akuakultur. Selain itu, Bapak/Ibu bisa mengaksesnya secara gratis. 

Jadi, tunggu apalagi? Konsultasikan permasalahan budidaya dengan mudah bersama eFarm

Eko Afriantoro - Praktisi Budidaya Udang
Eko Afriantoro - Praktisi Budidaya Udang

Eko berpengalaman sebagai praktisi budidaya udang sejak tahun 2013 yang kini menjadi Farm Lead Research & Development (R&D) Shrimp eFishery.

Pertanyaan Seputar Parameter Kualitas Air Tambak Udang

Syarat kualitas air untuk budidaya udang meliputi parameter fisika (suhu, kecerahan, dan warna air), kimia (pH, DO, salinitas, amonia, nitrit, nitrat, dan alkalinitas), dan biologi (TVC, TBC, dan plankton)

Parameter kualitas air tambak terdiri dari parameter fisika, kimia, dan biologi. Adapun parameter kualitas air yang aman untuk budidaya udang adalah tidak melebihi batas minimal dan maksimal yang sudah ditentukan.

  • Akmal, Y., R. Humairani, M. Muliari dan I. Zulfahmi. 2021. Peningkatan Nilai Ekonomi Pada Kelompok Pembudidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Laut Mina Budidaya Kabupaten Bireuen, Aceh. Jurnal Solma. 10(02): 275-286.
  • Jumraeni, A. Khaeriyah, Burhanuddin dan A. Anwar. 2020. Pengaruh model pembuangan terhadap akumulasi bahan organik tambak intensif udang vaname(Litopenaeus vannamei). Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan. 9(1): 11-18
  • Ningsih, A., Sulistiono, S. T. M. Sulthoniyah. 2021. Praktik kerja lapang manajemen kualitas air pada budidaya udang vanamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Surya Windu Kartika Desa Bomo Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmu Perikanan dan Kelautan. 3(1): 15-25.
  • Sahrijanna, A dan Sahabuddin. 2014. Kajian kualitas air pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan sistem pergiliran pakan di tambak intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 313-319
  • Suriawan, A., S. Efendi, S. Asmoro dan J. Wiyana. 2019. Sistem budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak hdpe dengan sumber air bawah tanah salinitas tinggi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut. 5-14