jenis dan cara pengaplikasian bioremediasi tambak udang
jenis dan cara pengaplikasian bioremediasi tambak udang

Jenis dan Cara Pengaplikasian Bioremediasi Tambak Udang

Artikel Ini Telah Direview Oleh:

Syavin Pristiwayuning
Syavin Pristiwayuning

Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Bioremediasi tambak udang merupakan cara untuk menormalkan kembali tambak udang yang telah tercemar akibat tingginya kadar amonia dan zat berbahaya lainnya. Dengan demikian, Bapak/Ibu perlu mengetahui informasi tentang jenis dan cara aplikasi bioremediasi pada tambak udang. Mari simak ulasannya hanya di artikel ini!

Pentingnya Bioremediasi bagi Tambak Udang

Bioremediasi adalah pemanfaatan organisme untuk membersihkan senyawa pencemar lingkungan. Bioremediasi bertujuan untuk merombak bahan pencemar (senyawa toksik, seperti amonia dan nitrit) menjadi senyawa tidak toksik dengan memanfaatkan mikroorganisme (khamir, fungi, dan bakteri).

Beberapa jenis bakteri yang mampu melakukan proses perombakan senyawa-senyawa metabolit toksik dapat dikembangkan sebagai bakteri agen bioremediasi untuk pengendalian kualitas air. Jenis atau kelompok bakteri tersebut, antara lain bakteri nitrifikasi, bakteri sulfur (pereduksi sulfit), dan bakteri pengoksidasi amonia.

Jenis bakteri tersebut perlu dikondisikan agar lebih aktif dalam membantu proses perombakan, sehingga dapat mengeliminasi senyawa-senyawa beracun dari dalam sistem perairan tambak. Menurut penelitian Mustafa et al. (2001), mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai bakteri bioremediasi, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus, Carnobacterium, dan lain-lain), Vibrio alginolyticus, Bacillus, dan Pseudomonas yang diinokulasi (mikroorganisme dari sumber asalnya dipindahkan ke medium baru) secara bersamaan, sehingga mampu menurunkan kandungan bahan organik sedimen tambak udang sebesar 60% setelah inkubasi (proses pemeliharaan bakteri) selama 56 hari.

Pemberian bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi sebagai agen bioremediasi ke dalam tambak udang juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bakteri yang berperan dalam proses remineralisasi unsur hara nitrogen dan membantu proses purifikasi (pembersihan) alami dalam siklus nitrogen.

Selain itu, bioremediasi mampu menghilangkan Hydrogen Sulfide (H2S) yang bersifat beracun pada sedimen tambak, menurunkan akumulasi lumpur, meningkatkan penetrasi oksigen, serta menekan jumlah bakteri vibrio yang dapat menimbulkan penyakit pada udang.

Penerapan bioremediasi pada budidaya udang memberikan dampak positif pada lingkungan dan produktivitas udang. Adapun manfaat dari aplikasi bioremediasi lainnya, yaitu:

  1. Mengatur mikroflora dan mikroorganisme patogen yang bisa menyebabkan penyakit.
  2. Meningkatkan dekomposisi bahan organik yang tidak diinginkan dalam air budidaya.
  3. Memperbaiki ekologi lingkungan budidaya dengan meminimalkan gas beracun, seperti amonia, nitrit, hidrogen sulfida, metana, dan lain-lain.
  4. Meningkatkan populasi sumber makanan dengan cara meningkatkan pakan organisme budidaya.
  5. Meningkatkan kekebalan tubuh udang terhadap patogen.
  6. Mencegah terjadinya wabah penyakit pada udang.

Perlu Bapak/Ibu ketahui, bahwa penggunaan teknologi bioremediasi harus dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu ekologi, ekonomi, keamanan, efisiensi, dan efektivitas. Pengaplikasian teknologi bioremediasi harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan tambak serta mengetahui daya dukung dan daya lenting lingkungan.

Jenis Bioremediasi

ilustrasi tambak udang saat malam hari
Sumber: eFishery

1. Bioremediasi Bahan Organik

Limbah bahan organik pada budidaya udang dapat berupa limbah terlarut maupun tersuspensi. 

Bakteri gram positif mampu menguraikan karbon organik menjadi material anorganik tidak berbahaya, seperti karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Beberapa contoh bakteri gram positif tersebut adalah bakteri genus Bacillus (B. subtilis, B. licheniformis, B. cereus, dan B. coagulans). Bakteri Bacillus sp. dapat Bapak/Ibu temukan pada produk probiotik udang, seperti Paraqua Bacillus dengan dosis pemberian 0,05 ppm pada interval 3 hari.

Kandungan Bacillus sp. pada produk ini menghasilkan enzim urease yang mampu mengubah amonia menjadi amonia karbonat yang selanjutnya akan terus diurai oleh bakteri menjadi karbondioksida dan air, sehingga amonia pada tambak udang dapat menurun secara optimal.

2. Bioremediasi Senyawa Nitrogen

Senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat) yang berlebihan pada tambak dapat menyebabkan efek buruk pada budidaya udang. Senyawa nitrogen yang terbentuk dalam budidaya udang mengalami beberapa proses. 

Fase pertama, terjadi akumulasi amonia dari ekskresi (sisa metabolisme), sisa pakan, organisme yang mati, molting, dan mineralisasi bahan organik. Senyawa nitrogen amonia (Total Ammonia Nitrogen) akan diubah oleh bakteri nitrifikasi (autotrof), seperti Nitrosomonas, Nitrosovibrio, Nitrosolobus, Nitrosococcus, Nitrospira, dan Nitrobacter. Pada tahap pertama proses nitrifikasi ini, amonia diubah dalam bentuk nitrit (NO2).

Pada tahap kedua, nitrit (NO2) diubah dalam bentuk nitrat (NO3). Setelah itu, fase ketiga adalah denitrifikasi di mana terjadi perubahan senyawa nitrat (NO3) menjadi nitrogen (N2) dengan melibatkan beberapa bakteri heterotrof, seperti Paracoccus denitrificans dan beberapa jenis dari Pseudomonas. Proses ini terjadi pada tambak dengan kondisi oksigen rendah.

Bioremediasi senyawa nitrogen dapat dilakukan dengan mikroalga, seperti Chlorella sp. yang didapatkan melalui proses kultur. Periode kultur sendiri berlangsung sekitar 8 hari. Untuk memulai kultur, Bapak/Ibu dapat memberikan pupuk terlebih dahulu yang berfungsi agar fitoplankton bisa tumbuh dengan baik.  

Chlorella sp. memiliki kemampuan untuk mengeliminasi senyawa amonia dan nitrat, serta untuk fotosintesis. Selain itu, mikroalga juga dapat memanfaatkan karbon dioksida yang dihasilkan bakteri melalui respirasi aerob untuk memproduksi oksigen bagi kebutuhan bakteri aerob dalam mengoksidasi senyawa nitrogen dan menguraikan bahan organik.

3. Bioremediasi Senyawa Sulfur

Sulfur adalah senyawa bersifat toksik atau beracun yang terdapat di sedimen dasar tambak. Sulfur sebagian besar berada dalam bentuk sulfat. Kemunculan senyawa ini menandakan pemberian pakan udang tergolong cukup berlebihan, sehingga banyak pakan yang tersisa dan mengendap di dasar tambak.

Bioremediasi senyawa sulfur dapat dilakukan oleh Bacteriochlorophyl. Cara membiakkan bakteri ini cukup mudah, Bapak/Ibu hanya perlu menyiapkan telur bebek atau telur ayam kampung, satu sendok vetsin (penyedap rasa), dan air sebanyak 3 liter. Campurkan telur ayam kampung atau telur bebek dengan vetsin hingga merata. Kemudian, tambahkan air sebanyak 3 liter dan masukkan ke dalam botol. Setelah itu, jemur di bawah terik matahari selama 2-3 minggu.

Bacteriochlorophyl mampu memecah H2S di dasar tambak dengan melakukan fotosintesis pada kondisi anaerob. Bakteri ini akan menurunkan H2S  dengan mengeluarkan energi yang lebih rendah, sehingga membutuhkan intensitas cahaya yang lebih rendah untuk melakukan fotosintesis.

Selain menggunakan Bacteriochlorophyl, Bapak/Ibu juga dapat menggunakan bakteri Rhodobacter dan Thiobacter. Agar lebih mudah mengaplikasikannya, Bapak/Ibu bisa menggunakan produk Paraqua Rhodo PP (untuk mengurai amonia dan H2S) serta Paraqua Thio PP (mereduksi H2S dan Fe). Penggunaan produk Paraqua Rhodo PP dapat dilakukan dengan dosis 0,5 ppm dalam interval 5 hari, dan Paraqua Thio PP dapat dilakukan setelah 30 hari penebaran benur dengan dosis 0,5 ppm dalam interval 6-7 hari.

Pengaplikasiaan Bioremediasi pada Tambak Udang

petak tambak udang
Sumber: eFishery

Setelah Bapak/Ibu mengetahui jenis bioremediasi, Bapak/Ibu juga perlu mengetahui pengaplikasian bioremediasi tambak udang. Pengaplikasian bioremediasi dapat dilakukan saat persiapan tambak pada dasar kolam tanah. Dalam pengaplikasiannya, digunakan konsorsium bakteri remediasi (kombinasi beberapa bakteri dalam sebuah medium yang memiliki fungsi dalam lingkungan untuk saling melengkapi dalam remediasi).

Konsorsium ini terdiri dari berbagai jenis bakteri, yaitu: 

  1. Bakteri heterotrofik (contohnya, Bacillus sp.) digunakan untuk mengontrol karbon dan senyawa organik dari sisa pakan.
  2. Bakteri denitrifikasi (contohnya, Pseudomonas sp.) dan nitrifikasi (contohnya, Nitrobacter sp.) untuk mengendalikan nitrogen, amonia, nitrat, dan nitrit yang ada di tambak.
  3. Bakteri fotosintetik anoksigenik (contohnya, Bifidobacteria sp.) untuk mengatur hidrogen sulfida (H2S) dan sebagai pakan tambahan karena banyak mengandung karotenoid (pigmen organik yang ditemukan dalam kloroplas dan kromoplas tumbuhan dan kelompok organisme lainnya, seperti alga).
  4. Bakteri fermentasi (contohnya, Lactobacillus sp.) untuk menghilangkan senyawa organik dengan cepat karena mempunyai sifat proteolitik (mampu mendegradasi protein dan memproduksi enzim protease ekstraseluler).

Bapak/Ibu dapat memberikan konsorsium bakteri ini saat dua minggu sebelum benur ditebar, selanjutnya konsorsium dimasukkan setiap 10 hari hingga masa panen. Tiap satu hektar tambak memerlukan 120 liter per 10 hari selama dua bulan pertama.

Setelah bulan keempat, konsorsium dinaikkan dua kali lipat dengan konsentrasi yang sama. Konsorsium ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang sekitar 70% pada padat tebar 30 ekor/㎡ dengan ukuran panen 35-45 ekor/kg. Bakteri bioremediasi mampu beradaptasi dan dapat bekerja dengan baik untuk menjaga kondisi kualitas air tambak agar lebih optimal dan mampu menguraikan senyawa toksik.

Bapak/Ibu bisa menggunakan probiotik udang, seperti  Paraqua Mix Bacteria agar lebih praktis karena mengandung keempat bakteri tersebut. Bapak/Ibu bisa mencampurkan Paraqua Mix Bacteria 0,05 ppm dengan pakan 2-3 kg/ton pakan dalam interval 3 hari.  

Mulai Bioremediasi dengan Bantuan Langsung dari Ahli Budidaya!

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Itulah informasi seputar bioremediasi tambak udang. Setelah Bapak/Ibu menyimak pembahasan di atas, mungkin Bapak/Ibu memiliki pertanyaan mengenai bioremediasi tambak udang. Lalu, di mana Bapak/Ibu bisa mendapatkan informasi terpercaya dan penjelasan lengkap seputar bioremediasi tambak udang? Tenang, Bapak/Ibu dapat berkonsultasi di eFarm!

eFarm memiliki fitur Konsultasi Budidaya, sehingga Bapak/Ibu dapat berkonsultasi dan berdiskusi dengan ahli Akuakultur dan Petambak udang profesional secara gratis!

Tak hanya itu, Bapak/Ibu juga dapat belajar budidaya dengan melihat dan menyimak rangkaian video edukatif yang dibuat khusus oleh ahli Akuakultur hanya untuk Bapak/Ibu.

Ayo, download eFarm dan memanfaatkan fitur Konsultasi Budidaya sekarang juga!

Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan
Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Berpengalaman sebagai asisten koordinator pelatihan teknisi pada tahun 2020 dan saat ini aktif sebagai Technical Support Online di eFishery

  • https://jurnal.um-palembang.ac.id/distilasi/article/download/905/801
  • http://lipi.go.id/berita/bioremediasi-yang-menghidupkan-lagi-tambak-udang-/979
  • http://lipi.go.id/publikasi/kinerja-pertumbuhan-dan-kualitas-air-pada-budidaya-udang-vaname-dengan-teknik-bioremediasi-di-tambak-udang-karawang/36075
  • http://muhammadnurulfajri.blogspot.com/2018/08/literature-review-bioremediasi-pada.html
  • http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/10949/2/L012191013_tesis%20bab%201-2.pdf
  • https://www.academia.edu/19894410/bioremediasi_pada_tambak_udang
  • https://www.academia.edu/38860638/BUDIDAYA_UDANG
  • https://www.researchgate.net/publication/227763082_Bioremediation_and_reuse_of_shrimp_aquaculture_effluents_to_farm_whiteleg_shrimp_Litopenaeus_vannamei_A_first_approach
  • https://www.researchgate.net/publication/304026258/figure/fig5/AS:390929304309771@1470216217925/The-bioremediation-process-was-successfully-carried-out-by-microorganisms-in-the-biofloc.png