Bandung, 13 Oktober 2021 – Delapan tahun eksis di Indonesia, eFishery terus tumbuh menjadi salah satu penyedia platform teknologi untuk akuakultur yang terintegrasi, mulai dari hardware, software, hingga ke marketplace.
Dalam rangka perayaan satu windunya, eFishery mengumumkan bahwa perusahaan yang berfokus pada pengembangan inovasi di bidang teknologi akuakultur ini akan menerapkan sistem WFA (Work from Anywhere) secara permanen kepada para eFisherian (karyawan eFishery).
Kebijakan WFA ini sudah diuji coba oleh eFishery sejak awal pandemi tahun 2020. Chrisna Aditya, Co-founder dan Chief of Staff eFishery mengatakan, sistem WFA ini bermula sejak pandemi Covid-19 yang mengharuskan banyak perusahaan memberlakukan sistem WFH (Work from Home).
“Semenjak diterapkan pertengahan tahun lalu, kami melihat bahwa produktivitas dari karyawan kami cukup besar. Pertumbuhan dan progress kerja mereka juga terbilang cukup maksimal selama melakukan WFA ini. Karena itu, eFishery memutuskan untuk secara permanen menerapkan WFA pada para eFisherian, khususnya yang bekerja di kantor pusat di Dago, Bandung,” ujar Chrisna.
Dia juga mengungkapkan bahwa selain dari karyawan yang memang berkantor di kantor pusat di Dago, Bandung, eFishery memiliki field team yang juga tersebar di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, sistem WFA yang diterapkan oleh eFishery ini telah diberlakukan kepada lebih dari 700 karyawan eFishery yang tersebar dari pulau Sumatera hingga pulau Sulawesi.
“Kantor pusat kami berfungsi seperti hub or co-working space untuk para eFisherian yang merasa lebih nyaman bekerja dari kantor. Kebebasan para karyawan untuk memilih WFA dikembalikan kepada setiap kepala dari masing-masing departemen atau unit bisnis yang ada,” tambah Chrisna.
Pemberlakukan sistem kerja jarak jauh ini tidak dilakukan serta merta tanpa mempersiapkan akomodasi yang cukup matang. eFishery memanfaatkan berbagai teknologi yang tidak hanya dapat menunjang produktivitas kerja, namun juga meningkatkan efektifitas dan efisiensi waktu kerja. Sebagai contoh adalah sistem absensi yang dilakukan melalui aplikasi manajemen karyawan atau penggunaan aplikasi untuk monitor pekerjaan yang sifatnya kolaboratif antar karyawan.
Penetapan sistem remote working ini, menurut Chrisna, juga dilakukan lantaran banyak dari karyawan yang merasa dapat bekerja lebih santai namun tetap produktif karena memiliki work-life balance yang lebih terasa. “Kami tahu sebagai perusahaan rintisan, menjadi terdepan dalam bidang teknologi akuakultur menjadi misi terbesar kami saat ini. Namun, kesehatan jasmani dan mental dari para eFisherian tetap merupakan prioritas utama bagi kami,” ujar Chrisna.
Selain penerapan WFA, terinspirasi dari berbagai perusahaan teknologi sukses di Silicon Valley, eFishery juga meluncurkan eFishery Campus demi meningkatkan kapabilitas dari para karyawannya.
Chrisna menjelaskan, “Kami membangun eFishery Campus dengan semangat tumbuh bersama untuk meningkatkan Empathy dari karyawan dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada sehingga bisa membangun kompetensi (competence) yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya tujuan bisnis perusahaan (commerce) dalam memberikan dampak yang besar dengan mengembangkan produk-produk secara tepat guna untuk sektor akuakultur dan para pembudidaya.”
Delapan Tahun Eksis, eFishery Lahirkan Banyak Terobosan di Sektor Akuakultur
Chrisna mengungkapkan bahwa selama 8 tahun berkiprah, eFishery berhasil melahirkan berbagai terobosan dalam mengakselerasi pertumbuhan industri akuakultur. Chrisna lantas mencontohkan aplikasi eFisheryKu, aplikasi koperasi perikanan digital yang dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya.
Dijelaskan oleh Chrisna, aplikasi ini selayaknya koperasi yang menyediakan berbagai kebutuhan para pembudidaya ikan. Mulai dari pembelian pakan, penjualan ikan, informasi seputar harga pasar, serta pengajuan permodalan. Hingga saat ini, aplikasi eFisheryKu tersebut sudah diunduh oleh ribuan pembudidaya ikan di Indonesia.
Selain eFisheryKu eFishery juga menghadirkan layanan pendampingan digital eFarm bagi para petambak udang. eFarm memberikan layanan pendampingan budidaya, monitoring kualitas air tambak, serta protokol pencegahan wabah penyakit.
Selain memfasilitasi para pembudidaya, Agustus lalu eFishery juga meluncurkan program eFishery Academy. Program ini digagas dalam rangka menggerakkan anak muda untuk secara aktif terlibat dalam membangun industri akuakultur. Ada tiga program yang ditawarkan oleh eFishery Academy, yaitu Aqua-Scientist, Aqua-Troops, dan Aqua-Preneurs.
Chrisna menjelaskan bahwa saat ini penting untuk mengikutsertakan para pelajar, ilmuwan, dan semua pihak yang memiliki pengalaman dan ketertarikan di bidang akuakultur. Termasuk mengajak anak muda untuk terlibat secara aktif di sektor ini demi mendorong terjadinya transfer pengetahuan lintas generasi, sekaligus memastikan kesinambungan dan keberlanjutan ekosistem akuakultur.
Dia menambahkan bahwa prospek industri akuakultur semakin berkembang pesat ketimbang sektor makanan berbasis hewani lainnya. Dari data yang dihimpunnya, laju tangkapan ikan laut cenderung stagnan, dimana pertumbuhannya hanya tiga persen. Di sisi lain, akuakultur tumbuh 21% selama enam tahun terakhir sehingga prospek industri ini semakin cerah karena potensinya sangat besar termasuk di Indonesia.
“Kita (Indonesia) ini produsen akuakultur terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi pemuda terbesar di dunia, sekitar 26 persen dari total 260 juta penduduknya atau kurang lebih 68 juta jiwa. Jadi hal ini menjadi sangat potensial,” pungkasnya. (*)