Cirebon, 4 November 2021 – Platform akuakultur, eFishery menunjukkan komitmennya untuk terus tumbuh bersama pembudidaya ikan di Indonesia, dengan selalu menghadirkan teknologi dan inovasi terbaru dan mumpuni untuk digunakan oleh para pembudidaya dalam memperluas usahanya. Salah satunya ialah kelompok pembudidaya Balong Sewu, di mana eFishery telah menggandeng lebih dari 20 pembudidaya ikan asal Cirebon ini untuk masuk ke dalam ekosistem akuakultur yang telah dibangun selama delapan tahun ini.
Chrisna Aditya, Co-Founder dan Chief of Staff eFishery mengatakan, “Misi kami adalah untuk memberi makan dunia melalui akuakultur, menjadikan akuakultur sebagai sumber protein hewani terbesar. Mimpi besar untuk menjaga kualitas pangan dan mengurangi kelaparan tentunya hanya dapat kami realisasikan jika kami tumbuh bersama dengan para pembudidaya.”
Tidak dipungkiri oleh sejumlah pembudidaya, inovasi yang ditawarkan eFishery menjadikan usaha budidaya mereka semakin berkembang. Salah satu contohnya adalah Jimat Ali Santoso, pembudidaya milenial asal Cirebon yang tergabung dalam kelompok pembudidaya Balong Sewu. Pembudidaya ikan lele ini mengatakan bahwa ia sudah menggunakan teknologi eFishery selama lebih dari satu tahun.
“Saya sudah mengerjakan lahan ini sejak tahun 2019. Saya pertama mengenal eFishery tahun lalu, kemudian saya mulai mencoba menggunakan eFeeder,” ujar Jimat di Cirebon, Rabu (3/11/2021).
Jimat menambahkan sejak menggunakan teknologi eFeeder, produktivitas kolamnya meningkat. “Setelah satu tahun ini bekerja dengan teknologi eFeeder, yang tadinya hasil panen hanya berkisar 800 kg per kolam sekarang meningkat menjadi 2-2,5 ton per bulan.”
Selain Jimat, ada lebih dari 3 juta pembudidaya ikan tersebar di seluruh Indonesia. Melihat potensi yang cukup besar ini, eFishery secara konsisten melahirkan berbagai terobosan yang mampu mengakselerasi pertumbuhan industri akuakultur, contohnya dengan menciptakan aplikasi eFisheryKu. Platform ini dirancang khusus untuk mempermudah aktivitas budidaya ikan, mulai dari awal hingga akhir proses budidaya. Aplikasi ini menyediakan berbagai kebutuhan para pembudidaya, mulai dari akses terhadap pembelian pakan, penjualan ikan, hingga pengajuan permodalan.
“Selain teknologi eFeeder, sekarang saya juga menggunakan layanan Kabayan (Kasih, Bayar Nanti). Jadi saya bisa beli pakan sekarang dan bayarnya nanti setelah saya panen. Prosesnya mudah dan praktis, hanya melalui aplikasi eFisheryKu,” tegasnya.
Diakui oleh Jimat, awal mula membentuk bisnis budidaya ikan lele ini, dia memiliki kesulitan modal dan juga kekurangan pakan, sehingga hasil dari budidaya yang dilakukannya tidak maksimal. Namun setelah bekerjasama dengan eFishery, Jimat menuturkan pertumbuhan usaha budidaya ikan yang dimilikinya cukup berkembang pesat dan perekonomian keluarganya menjadi lebih baik. “Alhamdulillah, sekarang saya bisa memperluas lahan bisnis budidaya ikan lele saya hingga memiliki 7 kolam,” pungkas Jimat.
eFishery terus mengembangkan inovasinya dalam membantu para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia. Hingga kini, produk dan layanan eFishery telah menjangkau 70.000 kolam di seluruh Indonesia dan meningkatkan pendapatan pembudidaya hingga 45 persen.
Chrisna mengungkapkan, “Kami ingin menciptakan ekosistem yang inklusif, sehingga siapa saja, termasuk pembudidaya milenial seperti Pak Jimat, dapat sukses berbudidaya dengan dukungan yang diberikan oleh eFishery.”
Chrisna juga menjelaskan bahwa prospek industri akuakultur semakin berkembang pesat ketimbang sektor makanan berbasis hewani lainnya. Dari data yang dihimpunnya, laju tangkapan ikan laut cenderung stagnan, di mana pertumbuhannya hanya tiga persen. Di sisi lain, akuakultur tumbuh 21 persen selama enam tahun terakhir sehingga prospek industri ini semakin cerah karena potensinya sangat besar termasuk Indonesia.
“Saat ini sudah lebih dari 20.000 pembudidaya yang menjadi bagian dari eFishery dalam 8 tahun berdiri,” pungkasnya. (*)