budidaya udang vaname semi intensif
budidaya udang vaname semi intensif

Cara Lengkap Sukses Budidaya Udang Vaname Semi Intensif

Artikel Ini Telah Direview Oleh:

Syavin Pristiwayuning
Syavin Pristiwayuning

Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Budidaya udang vaname semi intensif dikenal lebih menguntungkan dan menghasilkan panen lebih banyak dibandingkan dengan budidaya udang tradisional. Oleh karena itu, banyak Petambak tradisional mulai beralih dan mencoba untuk melakukan budidaya udang semi intensif.

Artikel ini sangat cocok untuk Bapak/Ibu yang ingin memulai budidaya udang semi intensif, karena eFishery akan memberikan cara lengkapnya! Simak sampai selesai, ya!

Potensi Budidaya Semi Intensif

petak tambak udang
Sumber: eFishery

Budidaya jenis ini sangat cocok digunakan di Indonesia, karena hasil panen yang didapat besar dan dampak terhadap lingkungan relatif kecil. Tambak udang vaname semi intensif memiliki padat tebar benih yang lebih besar daripada tambak tradisional. Padat tebar pada tambak udang semi intensif berkisar 59 – 70 ekor/㎡, dengan ukuran tambak 500-1000 ㎡. 

Selain bisa meningkatkan produktivitas, sistem budidaya semi intensif juga menciptakan budidaya udang yang berkelanjutan, meningkatkan pendapatan, dan menyejahterakan Petambak. Walaupun produktivitasnya tinggi, biaya budidaya sistem semi intensif tidak terlalu tinggi dan prosesnya tergolong cukup mudah untuk dilakukan.

Cara Budidaya Udang Vaname Semi Intensif

A. Pra Budidaya

1. Persiapan Lahan

Lahan yang dapat dijadikan sebagai tambak semi intensif adalah lahan yang bersih dan bebas dari limbah maupun zat berbahaya. Selain itu, Bapak/Ibu dapat memilih lokasi yang berada di daerah dekat pantai, karena pantai menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang dapat menunjang kehidupan udang dan keberhasilan tambak itu sendiri.

Pemilihan lokasi juga harus memperhatikan kondisi dasar perairan, seperti bertanah liat atau tanah liat berpasir. Hal tersebut dikarenakan agar tanah mampu menahan air dan tidak mudah retak atau pecah. Akan lebih bagus jika lokasi tambak tersebut memiliki hutan mangrove, sehingga tambak dapat terlindungi dari erosi pantai.

2. Persiapan Sarana dan Prasarana Tambak

Sarana dan prasarana tambak menjadi hal utama yang harus dipersiapkan sebelum menjalankan budidaya. Sebab, setiap tambak harus memiliki peralatannya masing-masing dan tidak boleh digunakan secara bergantian.

Oleh karena itu, Bapak/Ibu Petambak harus mengecek seluruh fasilitas yang dibutuhkan tambak. Bapak/Ibu perlu memastikan semua fasilitas sudah lengkap dan siap untuk digunakan sebelum siklus budidaya dimulai.

3. Pengeringan Tambak

Pengeringan tambak bertujuan untuk membunuh bakteri yang merugikan pada aktivitas budidaya sebelumnya. Bapak/Ibu perlu memperhatikan proses pengeringan tambak, seperti:

  • Memastikan seluruh kotoran yang ada di tambak terbuang dengan baik.
  • Melakukan penyemprotan jika terdapat sisa kotoran agar benar-benar bersih.
  • Menjemur dan mengeringkan kolam di bawah sinar matahari.

4. Pengapuran

ilustrasi kapur dolomit tambak udang
Sumber: eFishery

Pengapuran dilakukan pada tambak udang vaname sampai pH airnya mencapai angka 7 atau netral. Jenis kapur yang digunakan dalam proses ini adalah CaCO3 atau dolomit [CaMg (CO3)2].

tabel kebutuhan kapur pada tanah dasar tambak
Sumber: Boy dalam P. Kungvankij (1986)

Dengan melakukan pengapuran, dapat menaikkan pH air dan juga sebagai nutrien bagi plankton. Selain itu, pengapuran dapat membasmi hama yang ada pada tambak. 

Dalam melakukan pengapuran tambak, Bapak/Ibu perlu memperhatikan jumlah kapur yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pH air yang terlalu tinggi karena dapat meningkatkan toksisitas amonia, sehingga mengakibatkan kematian pada udang.

5. Sterilisasi

Dalam budidaya udang, sterilisasi berfungsi untuk mematikan seluruh organisme yang ada di dalam air agar tidak membahayakan benur. Umumnya, sterilisasi membutuhkan waktu 5-7 hari.

petambak memeriksa kualitas air tambak udang
Sumber: eFishery

Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cupri sulfat dan saponin. Cupri sulfat digunakan sebagai desinfektan untuk pengendalian infeksi parasit dan jamur, mencegah lumut hidup, serta mencegah teritip atau kerang-kerang kecil tumbuh. 

Adapun saponin yang berfungsi sebagai pengendali keberadaan hama seperti ikan liar yang dikhawatirkan menjadi hama pemangsa udang serta menjadi carrier penyakit.

6. Persiapan Sistem Resirkulasi

Sistem resirkulasi pada budidaya udang digunakan agar air pada tambak budidaya disirkulasi, sehingga kotoran, sisa pakan, senyawa dan gas beracun hasil efek samping dari kotoran udang dapat dijebak dalam tangki pengendapan dan filtrasi.

Dengan proses tersebut, diharapkan air yang kembali ke kolam tetap stabil dan sehat, sehingga bakteri patogen tidak berkembang, daya tahan udang terjaga, nafsu makan udang tidak menurun, sehingga pertumbuhan udang tidak terhambat dan tingkat kematian udang dapat diminimalkan.

7. Pengaplikasian Probiotik

Pemberian probiotik berfungsi sebagai langkah pencegahan kualitas air pada masa budidaya. Selain itu, pengaplikasian probiotik sangat berguna bagi udang vaname dalam mengatur siklus biogeokimia (siklus daur ulang bahan di alam) dalam lingkungan budidaya dan secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang.

8. Pengadaan dan Penebaran Benur

petambak menebar benur udang
Sumber: eFishery

Dalam budidaya udang vaname, Bapak/Ibu disarankan untuk menggunakan benur yang bebas patogen atau Specific Pathogen Free (SPF). Benur udang vaname yang sudah siap untuk dibudidayakan adalah benur dengan ukuran PL 10-12 dengan berat awal 0,001 gr/ekor. Benur berkualitas baik memiliki ciri-ciri, seperti berukuran seragam, tubuh bening, usus terlihat jelas, dan bisa berenang melawan arus.

Sebelum melakukan penebaran benur, alangkah baiknya Bapak/Ibu melakukan aklimatisasi suhu terlebih dahulu dengan mengapungkan kantong yang berisi benur di permukaan air tambak.

Selain aklimatisasi suhu, Bapak/Ibu juga perlu melakukan aklimatisasi salinitas dengan cara memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke kantong benur selama 15-20 menit. Selanjutnya, miringkan kantong benur dan biarkan benur keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vaname dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar 70 ekor/㎡.

B. Selama Budidaya

1. Manajemen Pakan

Manajemen pakan adalah salah satu cara untuk pengelolaan pakan yang diharapkan dapat memaksimalkan pertumbuhan dan menekan biaya pakan dalam budidaya udang. Manajemen pemberian pakan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Blind Feeding dan Demand Feeding.

Penerapan pemberian pakan tersebut berdasarkan pada umur dan kebutuhan pakan udang. Berikut adalah tabel metode pemberian pakan berdasarkan DOC:

metode pemberian pakan udang berdasarkan doc
Sumber: Adinugroho, 2019

Berdasarkan tabel di atas, metode Blind Feeding digunakan untuk DOC 1-30 di mana penggunaannya akan dikombinasikan dengan metode Demand Feeding. Hal tersebut bertujuan agar udang dapat menyesuaikan program pakan berdasarkan estimasi (Blind Feeding) ke program pakan berdasarkan sampling (Demand Feeding). Setelah itu, udang akan diberikan metode Demand Feeding sepenuhnya pada DOC 30 sampai panen.

2. Manajemen Kualitas Air

Manajemen kualitas air merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya udang vaname. Hal tersebut dikarenakan kualitas air memiliki peran penting untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang. Berikut ini adalah kisaran optimal kualitas air untuk budidaya udang vaname:

tabel kisaran optimal parameter kualitas air tambak udang vaname
Sumber: eFishery

Setelah Bapak/Ibu mengetahui kisaran kualitas air optimal untuk udang vaname pada tambak semi intensif, Bapak/Ibu juga dapat melakukan manajemen kualitas air, seperti:

  • Melakukan pergantian air secara bertahap sekitar 5-20% tinggi air.
  • Melakukan siphon secara periodik setelah udang berumur di atas DOC 25. Tujuan siphon adalah untuk menghilangkan kotoran seperti feses dan sisa pakan yang berada di dasar kolam.
  • Melakukan treatment air seperti penambahan probiotik dan molase tiap 3 hari.

3. Sampling

Sampling atau monitoring adalah pengamatan kondisi udang di tambak untuk mengetahui pertumbuhan dan menghitung kebutuhan pakan udang. Sampling udang dilakukan secara periodik pada masa pemeliharaan udang dengan cara mengambil sampel untuk dilakukan pemeriksaan.

Berikut adalah macam-macam sampling yang dapat Bapak/Ibu lakukan, meliputi sampling benur, sampling anco, dan sampling jala:

macam macam sampling udang
Sumber: eFishery

4. Manajemen Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit adalah hal utama yang diperhatikan dalam proses budidaya udang vaname. Untuk meminimalkan keberadaan hama dan penyakit, Bapak/Ibu perlu menerapkan biosecurity yang baik.

a. Hama

Berikut ini adalah biosecurity untuk mencegah hama pada tambak udang:

  • Setiap tambak memiliki satu peralatan yang tidak boleh digunakan secara bergantian.
  • Menjaga kebersihan lingkungan tambak, seperti saluran outlet, inlet, kolam, tandon, dan lain-lain.
  • Membatasi akses masuk ke tambak pada hama yang dapat membawa penyakit, seperti kepiting, burung, biawak, dan hewan lainnya.

b. Penyakit

Penyakit adalah keadaan menurunnya kondisi fisik atau fungsi tubuh udang. Penyakit pada udang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, dan protozoa. Daya infeksi penyakit pun berbeda-beda, tergantung dari lingkungan dan ketahanan udang itu sendiri.

Penyakit pada udang terdiri dari patogenik dan non patogenik. Penyakit bersifat patogenik memiliki tingkat kematian yang tinggi yang disebabkan oleh virus, seperti penyakit White Spot Disease, vibrio, dan Myo. Sementara, penyakit non patogenik memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, seperti penyakit keropos udang, penyakit kram udang, dan penyakit udang berenang abnormal.

Untuk mencegah penyakit pada tambak udang, Bapak/Ibu dapat menerapkan biosecurity, menggunakan benur bersertifikasi, pemberian probiotik, dan pemberian imunostimulan. Selain itu, Bapak/Ibu dapat menggunakan terpal berbahan plastik HDPE atau mulsa 0,3 mm untuk menghindari udang terkena infeksi penyakit.

Hal tersebut karena penggunaan plastik membantu konstruksi tambak lebih baik dan dapat mengatasi kualitas tanah yang buruk serta mengurangi pengikisan tanggul atau dasar tanah oleh arus.

C. Pasca Budidaya

Setelah proses budidaya selesai, Bapak/Ibu dapat melakukan pemanenan udang dengan mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan, dan kesehatan udang. Pemanenan dapat dilakukan setelah umur pemeliharaan 110-130 hari, karena pada umur tersebut pertumbuhan udang sudah tidak dapat dimaksimalkan lagi.

Sebaiknya, panen dilakukan pada malam hari untuk mengurangi risiko kerusakan mutu udang, karena udang sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil panen harus dicuci kemudian disimpan dengan es, selanjutnya dibawa ke cold storage.

Mulai Budidaya Udang Semi Intensif dan Konsultasi Langsung dengan Ahlinya!

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Setiap Petambak tentunya menginginkan budidaya udang yang dijalani dapat sukses dan menghasilkan keuntungan maksimal. Untuk memulai budidaya udang semi intensif, Bapak/Ibu bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli budidaya udang eFishery melalui fitur Konsultasi Budidaya di aplikasi eFarm

Selain mengonsultasikan tentang kiat sukses memulai budidaya udang, Bapak/Ibu juga bisa berkonsultasi mengenai hal lain seputar budidaya udang. Yuk, isi formulir di atas untuk berkonsultasi di Konsultasi Budidaya!

Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan
Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Berpengalaman sebagai asisten koordinator pelatihan teknisi pada tahun 2020 dan saat ini aktif sebagai Technical Support Online di eFishery

Pertanyaan Seputar Budidaya Udang Vaname Semi Intensif

Tambak semi intensif adalah tambak peralihan, antara tambak tradisional dengan tambak intensif. Tambak jenis ini memiliki padat tebar benih yang lebih besar dibandingkan dengan tambak tradisional.

Keunggulan budidaya semi intensif adalah hasil panen yang didapatkan lebih banyak, sehingga Bapak/Ibu akan mendapatkan keuntungan budidaya yang maksimal. Selain itu, budidaya semi intensif juga relatif lebih mudah dilakukan.

  • https://abdiinsani.unram.ac.id/index.php/jurnal/article/download/453/272/
  • https://delosaqua.com/id/jenis-jenis-tambak-udang/
  • https://journal.ummat.ac.id/index.php/JCES/article/view/2372
  • https://ojs.unud.ac.id/index.php/ECOTROPHIC/article/download/2482/1710/
  • https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/55746