Budidaya udang vaname secara intensif merupakan metode yang cocok bagi Bapak/Ibu Petambak yang ingin meningkatkan produktivitas budidaya. Lantas, mengapa sistem ini bisa meningkatkan produktivitas budidaya? Cari tahu jawabannya serta teknik budidaya udang vaname secara intensif lengkap di artikel ini!
Budidaya Udang Sistem Intensif
Budidaya udang dengan sistem intensif merupakan solusi dari rendahnya produktivitas udang di Indonesia. Hal ini dikarenakan padat tebarnya yang bisa lebih dari 110 ekor/m2. Berbeda dengan budidaya tradisional yang padat tebarnya hanya bisa 8 ekor/m2 dan semi intensif yang padat tebarnya 70/m2.
Dengan begitu, Bapak/Ibu bisa mempunyai hasil panen yang lebih banyak, bahkan di lahan yang tidak terlalu luas sekalipun. Namun, untuk bisa menunjang hidup udang vaname pada padat tebar yang tinggi, Bapak/Ibu memerlukan modal yang lebih untuk membeli pelet, aerator, dan tagihan listrik untuk membuat aerator menyala sepanjang waktu. Hal tersebut dikarenakan dalam budidaya udang intensif, kadar oksigen terlarut harus selalu tinggi.
Meskipun modal yang dikeluarkannya lebih tinggi, banyak Petambak Udang yang tergiur untuk menggunakan sistem intensif karena keuntungan yang dihasilkannya juga tidak kalah tinggi. Untuk mengetahui cara budidaya udang vaname secara intensif, simak ulasan berikut!
1. Pengeringan dan Pembersihan Tambak
Pengeringan bertujuan untuk mempermudah pembersihan lumut, tritip, dan lumpur karena jika tidak dibersihkan dapat menjadi tempat menumpuknya zat organik dan menurunkan kualitas air. Pengeringan tambak dilakukan dengan membuang sisa air panen dari siklus sebelumnya menggunakan pompa 8 inci ke area pembuangan.
Setelah kering, tambak bisa dibersihkan dengan wiper lantai, sapu lidi, ember, serokan, alat cuci doorsmeer, serta air bersih dari petakan tandon. Pembersihan dilakukan agar tambak udang vaname intensif terbebas dari sisa-sisa kotoran yang terkumpul selama pemeliharaan sebelumnya.
2. Pemasangan Kincir
Kincir berfungsi untuk memperkaya kandungan oksigen pada air tambak, mengurangi stratifikasi suhu, dan membuat arus agar memusat ke pusat sistem drainase untuk memudahkan pembuangan bahan organik. Satu unit kincir biasanya mampu menunjang kebutuhan oksigen untuk 600-700 kg biomassa udang.
3. Pengisian Air
Pengisian air dilakukan dengan mengaliri air dari sumbernya ke tandon dengan pipa. Setelah itu, air yang ada di tandon perlu disterilisasi menggunakan klorin sebanyak 30 ppm. Gunakan kincir air untuk menghomogenkan klorin dengan air tandon sampai air menjadi jernih dan tidak menimbulkan aroma klorin. Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 7 hari.
Setelah itu, alirkan air dari tandon ke tambak (media pemeliharaan) menggunakan pompa yang ujung pipa pemasukannya dipasang saringan (mesh size 1 mm) untuk mencegah kotoran masuk. Jika air sudah masuk ke kolam pemeliharaan, sterilkan air untuk mengantisipasi masuknya organisme penyakit yang merugikan dan mengganggu proses budidaya.
4. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dalam budidaya udang vaname dilakukan dengan pengaplikasian cupric sulphate pertahydrate (CSP) sebanyak 1,5 ppm sesaat setelah pemasukan air ke wadah pemeliharaan. CSP berfungsi untuk mencegah timbulnya organisme penempel.
Selain CSP, pada tahap ini juga memerlukan penggunaan desinfektan sebanyak 1,5 ppm setelah sterilisasi air. Desinfektan berguna untuk mencegah dan melemahkan penyakit infeksi pada udang, misalnya vibrio, White Spot Syndrome Virus (WSSV), dan Taura Syndrome Virus (TSV).
5. Pengaplikasian Probiotik
Probiotik berfungsi untuk membentuk warna air tambak, menumbuhkan bakteri yang menguntungkan, serta menyeimbangkan kandungan plankton pada tambak. Probiotik diaplikasikan sebelum penebaran benur agar ketika benur ditebar, kondisi air tambak sudah siap untuk mendukung pertumbuhannya.
6. Penebaran Benur
Sebelum melakukan penebaran, pilih benur dengan warna transparan, ukuran seragam, panjang dan bobot sesuai umur PL, tidak cacat, merespon cahaya, serta bergerak aktif. Benur baru bisa ditebar ke tambak pembesaran pada DOC 30 hari.
Sebelum ditebar, kantong plastik berisi benur terlebih dahulu dicuci dengan larutan Kalium Permanganat yang berfungsi sebagai desinfektan sebanyak 3 ppm. Penebaran dilakukan pada sore hari dan diaklimatisasi terlebih dahulu. Hal tersebut bertujuan untuk adaptasi suhu dan salinitas antara air media pengangkutan benur dan air kolam agar benur tidak stress dan mampu beradaptasi dengan cepat.
7. Pengelolaan Pakan
Pada saat awal siklus budidaya, benur udang yang berada di DOC 1-10 diberi pakan dengan metode blind feeding. Blind feeding atau pakan buta diterapkan dengan tidak memperhatikan program pakan dan tergantung pada ketersediaan pakan alami yang ada di tambak. Tujuan dari blind feeding adalah untuk memperoleh sintasan atau survival rate (SR) yang tinggi, ukuran udang yang merata, dan sebagai pengenalan pertama benur pada pakan buatan.
Penentuan jumlah pakan pada metode blind feeding didasarkan pada jumlah benur, pertumbuhan, nilai SR yang ditargetkan, FR (Feeding Rate, persentase kebutuhan pakan udang per hari), dan kecukupan pakan alami yang tersedia di tambak. Pada tahap ini biasanya jenis pakan buatan yang diberikan ke benur adalah powder dengan ukuran 0,6-1,0 mm.
Pada DOC 10-30, benur udang diberi pakan dengan metode kombinasi blind feeding dan demand feeding. Metode ini bertujuan untuk penyesuaian program pakan dari yang berdasarkan estimasi (blind feeding) ke program pakan yang berdasarkan sampling (demand feeding). Pada tahap ini, jenis pakan yang diberikan ke udang adalah kombinasi powder dan crumble yang berukuran 0,6-1,0 mm dan 1,0-2,2 mm.
Terakhir, pada DOC 30-panen, metode pemberian pakan yang dipakai adalah metode demand feeding. Pada tahap ini udang diberikan pakan berjenis crumble yang berukuran 1,0-2,2 mm. Dalam metode pemberian pakan, Bapak/Ibu perlu memastikan bahwa pakan sudah mengandung 45-55% protein, 20% karbohidrat, 5–7% lemak, serta vitamin dan mineral secukupnya.
8. Sampling
Sampling merupakan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan atau kondisi udang secara individual dan menghitung kebutuhan pakan udang di tambak. Sampling dilakukan secara periodik agar informasi atau data yang didapatkan dari tambak udang lebih tepat dan aktual. Saat udang berada di DOC 25-35 (sampling pertama setelah benur ditebar ke tambak), metode sampling yang dilakukan adalah sampling anco. Tujuan penggunaan anco adalah untuk memudahkan pengambilan udang yang masih berukuran kecil. Dari sampling pertama ini, Bapak/Ibu bisa mengetahui ABW/MBW dan ADG udang serta menentukan kebutuhan pakan pada DOC > 30 berdasarkan nafsu makan udang.
Selanjutnya adalah sampling jala yang dilakukan saat udang sudah cukup besar untuk dijala. Sampling jala dilakukan untuk mengetahui berat rata-rata, size (jumlah udang dalam 1 kg), pertumbuhan udang per hari, SR, konversi pakan atau Feed Conversion Ratio (FCR), keseluruhan berat udang (biomassa), dan penentuan kebutuhan pakan.
9. Panen
Dalam sistem intensif, panen dilakukan saat udang berumur lebih dari 100 hari atau saat udang mencapai berat dan size tertentu. Uniknya, beberapa Petambak yang membudidayakan udangnya dengan sistem intensif menggunakan metode panen parsial (panen sebagian di tengah siklus budidaya) untuk mengurangi densitas udang. Namun, banyak juga Petambak yang memilih panen normal atau memanen seluruh udang budidayanya di akhir siklus budidaya.
Untuk memanen udang, Bapak/Ibu dapat menggunakan jaring. Hal yang sangat penting dari teknik panen penjaringan adalah menjaga udang agar tidak rusak dengan cara tidak menjaring terlalu banyak udang di saat yang bersamaan. Selain itu, tahap penjaringan biasanya dilakukan saat suhu tidak terlalu tinggi. Setelah dijaring, udang dicuci agar bersih dari partikel lumpur, pasir, dan lumut yang menempel pada tubuhnya sebelum dikirim ke pembeli.
Dapatkan Tips Lengkap Budidaya Udang Sistem Intensif di eFishery
Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?
Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.
Beberapa Petambak mengubah metode budidayanya dari sistem tradisional ke sistem intensif karena ingin meningkatkan produktivitas. Untuk memulai budidaya udang dengan sistem intensif, Bapak/Ibu bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli budidaya eFishery mengenai hal yang perlu dipersiapkan sampai tips suksesnya.
Konsultasi ini bisa Bapak/Ibu dapatkan secara gratis melalui fitur Konsultasi Budidaya di aplikasi eFarm. Selain bisa berkonsultasi langsung dengan ahli budidaya udang, di aplikasi eFarm Bapak/Ibu juga bisa mencari informasi lain seputar budidaya udang. Download aplikasi eFarm di Google Play Store!
Isi formulir di atas untuk berkonsultasi di Konsultasi Budidaya!
- https://delosaqua.com/id/budidaya-udang-vaname-intensif/
- https://wpheadless.efishery.com/id/resources/blind-feeding-udang-vaname/
- https://wpheadless.efishery.com/id/resources/jenis-tambak-udang/
- https://wpheadless.efishery.com/id/resources/sampling-udang/
- https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/sat/article/view/17044
- https://jala.tech/id/blog/tips-budidaya/apa-saja-6-tahap-penting-dalam-proses-panen-udang