budidaya udang vaname tradisional plus
budidaya udang vaname tradisional plus

Cara Lengkap Sukses Budidaya Udang Vaname Tradisional Plus!

Artikel Ini Telah Direview Oleh:

Syavin Pristiwayuning
Syavin Pristiwayuning

Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Halo Bapak/Ibu Petambak! Apakah Bapak/Ibu ingin meningkatkan produktivitas budidaya udang vaname? Jika ya, budidaya udang vaname tradisional plus patut dicoba. Lantas, bagaimana bisa budidaya udang vannamei pola tradisional plus meningkatkan produktivitas budidaya? Ketahui alasan lengkap beserta cara dan analisis budidayanya di artikel ini, yuk!

Potensi Budidaya Udang Tradisional Plus 

Untuk mencapai program 5 tahun (2020-2024) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang bertujuan meningkatkan 250% ekspor udang Indonesia, dibutuhkan peningkatan nilai ekspor di atas 20% per tahunnya. Oleh sebab itu, sebuah jalan pintas diperlukan agar peningkatan produksi udang bisa tercapai dengan cepat. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mentransformasi tambak udang tradisional menjadi tradisional plus. 

Strategi ini cukup prospektif karena jika dilihat dari luas areanya, tambak tradisional memiliki proporsi luas lahan paling besar dibanding sistem budidaya lainnya. Ada sekitar 300 ribu hektar tambak tradisional di Indonesia. Namun produktivitasnya masih sangat rendah, hanya sekitar 500 kg/ha/tahun. Hal ini dikarenakan tambak tradisional hanya mengandalkan pakan alami dengan padat tebar udang yang juga rendah. Jika produktivitas ini bisa ditingkatkan hingga 1-2 ton/ha/tahun dengan budidaya tradisional plus, maka akan ada peningkatan produksi yang signifikan.

Konsep tambak tradisional-plus tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas dari sistem tradisional saja, tetapi juga bisa untuk revitalisasi tambak-tambak intensif/semi-intensif yang mangkrak. Sehingga ribuan tambak tersebut bisa kembali dioperasikan melalui sistem tradisional-plus dengan biaya dan risiko yang relatif lebih kecil.

Perbedaan Sistem Budidaya Udang Tradisional & Tradisional Plus 

tumpukan udang
Sumber: eFishery

Tradisional

Budidaya udang vaname dengan sistem tradisional hanya cocok dilakukan dengan padat tebar benur yang rendah (1-5 ekor/m2). Hal ini dikarenakan budidaya sistem tradisional hanya mengandalkan pakan alami dan tidak menggunakan pakan buatan sama sekali. Selain itu, budidaya udang dengan sistem tradisional juga tidak menggunakan aerator untuk menambah kandungan oksigen di dalam air. Maka dari itu, sistem tradisional kurang bisa mengangkat produktivitas budidaya.

Tradisional Plus

Berbeda dengan sistem tradisional, budidaya sistem tradisional plus bisa meningkatkan produktivitas dengan penambahan padat tebar (8 ekor/m2), pelet, pengadaan aerator, dan teknologi tepat guna lainnya. Selain bisa meningkatkan produktivitas, sistem tradisional plus juga bisa menciptakan budidaya udang yang berkelanjutan (ramah lingkungan) dan meningkatkan pendapatan serta mensejahterakan Petambak. Walaupun produktivitasnya tinggi, biaya budidaya sistem tradisional plus tergolong kecil dan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan.

Cara Budidaya Udang Tradisional Plus 

fungsi tandon tambak udang
Sumber: eFishery

A. Persiapan Tambak

1. Persiapan Dasar Tanah dan Perbaikan Petakan

Jenis tanah tambak ekstensif (tradisional) umumnya terdiri dari jenis tanah gambut dan tanah sulfat masam (TSM) matang, yang tergolong dalam kawasan lahan rawa. Biasanya tanah sulfat masam mengandung senyawa pirit yang dapat meningkatkan derajat keasaman tanah (penurunan pH) saat bertemu udara dan kandungan bahan organik tinggi. Untuk memperbaikinya, diperlukan remediasi dan pengurangan unsur atau senyawa beracun dalam tanah. 

Untuk meningkatkan produktivitas tambak tradisional, diperlukan pengangkatan lumpur dasar, penambalan pematang, dan perbaikan pintu air demi meningkatkan produksi yang sesuai dengan budidaya udang tradisional plus. Selanjutnya, lakukan pengolahan tanah dasar dengan menggunakan traktor tangan atau cangkul sedalam 0,2 m agar permukaan tanah bertambah luas dan proses oksidasi jadi lebih baik. Namun, tahap ini hanya dilakukan jika siklus budidaya dilakukan saat musim kemarau. Tahap ini dilakukan selama 2 minggu pada saat matahari terik atau sampai tambak benar-benar kering. Jika sudah, lakukan perendaman tambak selama 1 minggu serta pencucian untuk melarutkan unsur toksik yang ada. Proses tersebut diulang 2 atau 3 kali sampai kondisi tanah menjadi lebih baik. 

Jika siklus budidaya dilakukan saat musim hujan, persiapan tanah dasar hanya dilakukan dengan mengangkat lumpur dasar pada saluran keliling, perbaikan pematang, dan pengeringannya. Pengeringan tanah dasar dilakukan sampai tanah retak-retak kurang lebih 2-3 minggu. Redoks potensial tanah dasar tambak pada saat kering sebaiknya minimal +50 mV. 

2. Pemberantasan Hama

Tahap ini bisa dilakukan dengan mengurangi ikan-ikan liar yang sebelumnya ada di tambak dengan saponin sebanyak 15-20ppm (7,5-10 kg/ha) dengan air setinggi 5 cm di tambak.

3. Pengapuran

ilustrasi kapur dolomit tambak udang
Sumber: eFishery

Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan air serta mengurangi unsur hara yang menyebabkan kemasaman tanah. Jenis kapur yang digunakan di tambak adalah kapur karbonat, kapur oksida, dan kapur hidrat. Pada teknologi budidaya udang vaname tradisional plus, pengapuran dapat dilakukan dengan menggunakan kapur karbonat (kapur pertanian) saat pengolahan tanah dan sesudah pencucian tambak dengan dosis. 

Apabila kondisi tanah dasar berbau busuk, gunakan kapur oksida, dan untuk menstimulir penumbuhan pakan alami, gunakan kapur dolomit. Kapur dolomit juga paling efektif digunakan sebagai kapur susulan (3-5 ppm). Namun perlu diingat, kapur tidak akan bereaksi jika tanah dalam kondisi yang sangat kering, oleh karena itu kapur diberikan pada tanah dasar tambak yang lembab namun cukup kering untuk orang bisa berjalan. 

4. Pemupukan

Pada budidaya udang vaname tradisional plus, selain pakan komersial, udang juga perlu diberikan pakan alami (plankton) yang hanya akan tumbuh melalui proses pemupukan. Umumnya, tambak tradisional mempunyai kondisi tanah sulfat masam. Maka untuk meningkatkan teknologi budidaya udang vaname tradisional menjadi tradisional plus, diperlukan pemupukan dengan pupuk organik dan anorganik untuk kesuburan tanah tambak sulfat masam.

5. Pengisian air

Pengisian air dilakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung dan air dimasukkan ke dalam tambak secara bertahap.Tambak yang sudah diisi air kemudian dibiarkan selama 2-3 minggu sampai kondisinya betul-betul siap ditebari benur udang. Tinggi air di petak pembesaran diupayakan ≥1,0m.

B. Penebaran Benur

petambak menebar benur udang
Sumber: eFishery

Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah plankton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah penumpukan. Bapak/Ibu bisa memperoleh benur udang dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen atau Specific Pathogen Free (SPF). 

Benur vaname yang sudah siap untuk dibudidayakan adalah benur dengan ukuran PL 10-12 (berat awal 0,001 g/ekor) atau organ insangnya telah sempurna, berukuran seragam, tubuh bening, usus terlihat jelas, dan bisa berenang melawan arus.

Sebelum benur ditebar, lakukan aklimatisasi suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benur di tambak. Selain aklimatisasi suhu, aklimatisasi salinitas juga diperlukan dengan memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke kantong selama 15-20 menit. Selanjutnya, miringkan kantong benur dan benur udang vaname pun akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vaname dilakukan pada pagi atau sore hari dengan padat tebar 8 ekor/m².

C. Pemeliharaan

petambak memeriksa kualitas air tambak udang
Sumber: eFishery

Selama pemeliharaan, lakukan monitoring kualitas air (suhu, salinitas, transparansi, pH, kedalaman, dan oksigen) setiap hari. Selain itu, lakukan pemupukan setiap minggunya dengan menggunakan pupuk urea dan TSP sebanyak 5-10% dari jumlah pupuk awal. Lalu, untuk menjaga kestabilan plankton di dalam tambak gunakan hasil fermentasi probiotik seminggu sekali. Lakukan pengapuran susulan dengan dolomit super jika pH berfluktuasi. 

Pakan buatan diberikan pada hari ke-30 atau maksimal hari ke-40 saat dukungan pakan alami (plankton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang diberikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari, yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.

Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur 30 atau 40 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total. Sedangkan pada bulan berikutnya hingga panen, volume penggantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari, penambahan air hanya dilakukan sebanyak jumlah air yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vaname adalah salinitas optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4 ppm, amonia <0,1ppm, pH 7,5-8,2, dan H²S <0,003 ppm.

D. Panen

Panen dilakukan dengan mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan, dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Sebelum panen, lakukan pengapuran dengan kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (jika tinggi air tambak 1m) dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari agar udang tidak mengalami pergantian kulit pada saat panen. 

Setelah itu, siapkan peralatan panen seperti keranjang panen, jaring yang dipasang di pintu air, jala lempar, gabus sintesis, ember, baskom, dan lampu penerangan. Saat panen, turunkan volume air dan tangkap udang dengan jala di saat yang bersamaan. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus dicuci kemudian direndam es untuk selanjutnya dibawa ke cold storage.

Analisis Usaha Budidaya Udang Tradisional Plus 

Setelah mengetahui potensi dan cara budidaya udang sistem tradisional plus, saatnya Bapak/Ibu mengetahui simulasi analisa modal dan keuntungannya. Berikut adalah analisis usaha budidaya udang vaname pola tradisional plus dengan jumlah benur 80.000 ekor/ha di Day of Cultivation (DOC) atau lama budidaya 105 hari.

tabel estimasi modal awal budidaya udang vaname tradisional plus
Sumber: Hendraja, Mangampa, & Suryanto, 2007 yang Diolah

Selain modal awal, ada juga biaya operasional yang harus Bapak/Ibu keluarkan selama siklus budidaya berlangsung. Untuk mengetahui berapa besar biaya budidaya udang vaname tradisional plus selama 1 siklus, berikut adalah rinciannya:

tabel estimasi biaya budidaya udang vaname tradisional plus per siklus
Sumber: Hendraja, Mangampa, & Suryanto, 2007 yang Diolah

*Tabel di atas hanya merupakan estimasi perhitungan. Harga-harga yang tercantum bisa berubah kapan saja dan menyesuaikan harga pasar

Jika ditotal, total biaya yang dibutuhkan dalam budidaya sistem tradisional plus per siklus adalah Rp 62.811.667.

Untuk menghitung keuntungan, maka Bapak/Ibu memerlukan angka survival rate (SR) udang ketika panen. Jika saat panen angka SR udang 85%, maka dari 80.000 udang, Bapak/Ibu bisa memanen 68.000 udang. Lalu, jika Bapak/Ibu memanen udang dengan ukuran 50 ekor/kg, Bapak/Ibu akan mendapatkan 1.360 kg udang.

Harga jual udang di setiap kotanya memang berbeda. Untuk mengambil contoh nyata, mari gunakan harga perkilo udang vaname di Provinsi Banten pada tahun 2022, yaitu Rp 70.000. Jika Bapak/Ibu menjual udang vaname seharga Rp70.000 perkilo, dalam 1 siklus budidaya Bapak/Ibu akan mendapat total penerimaan sebesar Rp 95.200.000.

Berarti, keuntungan per siklus yang bisa Bapak/Ibu dapatkan adalah:

Rp 95.200.000 – Rp 62.811.667

= Rp 32.388.333

Dapatkan Tips Lengkap Budidaya Udang Tradisional Plus di eFishery 

Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

Bagaimana, Bapak/Ibu? Apakah Bapak/Ibu tertarik dengan keuntungan yang ditawarkan budidaya udang tradisional plus setelah membaca artikel ini? Jika ya, sebaiknya Bapak/Ibu berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli budidaya udang eFishery melalui fitur Konsultasi Budidaya di aplikasi eFarm. Selain bisa berkonsultasi langsung dengan ahli budidaya udang, di aplikasi eFarm Bapak/Ibu juga bisa mencari informasi lain seputar budidaya udang. Download aplikasi eFarm di Google Play Store!

Isi formulir di bawah untuk berkonsultasi di Konsultasi Budidaya!

Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan
Syavin Pristiwayuning - Penulis Makalah Ilmiah Perikanan

Berpengalaman sebagai asisten koordinator pelatihan teknisi pada tahun 2020 dan saat ini aktif sebagai Technical Support Online di eFishery

  • https://bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/Pa.-Dayat-Budidaya-udang-vaname-Rekomtek-2015.pdf
  • http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/viewFile/2826/2328
  • https://www.academia.edu/14702903/BUDIDAYA_UDANG_VANNAMEI_LITOPENAEUS_VANNAMEI_POLA_TRADISIONAL_PLUS
  • https://www.minapoli.com/info/budidaya-tradisional-plus-sebagai-jalan-pintas-peningkatan-produksi-udang-nasional