bioflok ikan lele
bioflok ikan lele

Bioflok Ikan Lele: Cara, Tips, dan Perawatan

Budidaya lele bioflok adalah salah satu dari beberapa sistem budidaya yang sering diterapkan pada ikan lele. Banyak yang belum mengetahui cara ternak lele dengan bioflok, padahal jumlah panen yang dihasilkan bisa jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem konvensional. Ingin tahu penjelasan lengkap mengenai budidaya ikan lele sistem bioflok serta cara penerapannya? Yuk, baca artikel ini sampai habis!

Mengenal Sistem Bioflok untuk Ikan Lele

budidaya lele
Sumber: eFishery

Budidaya ikan lele bioflok adalah budidaya lele yang menggunakan metode pengubahan senyawa organik dan anorganik yang mengandung oksigen (O), karbon (C), nitrogen (N), dan hidrogen (H) menjadi sludge dengan mengandalkan mikroorganisme atau bakteri pembentuk gumpalan (flok) yang dapat mengkonversi biopolymer menjadi bioflok.

Bioflok yang dimaksud dapat berbentuk campuran heterogen dari mikroba seperti protozoa, plankton, dan fungi. Selain itu, bioflok juga dapat ditemukan dalam bentuk polimer organik, partikel, koloid, dan kaiton yang berinteraksi di dalam air.

Untuk meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam air, Bapak/Ibu bisa menggunakan cara kultur bakteri yang berasal dari non patogen atau probiotik dengan aerator sebagai penyuplai oksigen di dalam kolam bioflok lele. Flok yang dihasilkan bisa digunakan kembali sebagai pakan alami untuk ikan lele, sehingga Bapak/Ibu bisa menghemat biaya pakan lele. Selain bisa menghemat biaya pakan, berikut adalah kelebihan budidaya ikan lele dengan sistem bioflok:

  1. Kualitas air kolam lebih terjaga.
  2. pH air lebih stabil.
  3. Limbah di dalam kolam jadi sedikit dan lebih ramah lingkungan.
  4. Kotoran air dikonversi menjadi bakteri sebagai pakan alami lele.
  5. Kadar amonia di dalam kolam bisa ditekan.
  6. Tak perlu sering mengganti air kolam, karena aktivitas mengganti air kolam justru merusak biosekuriti kolam.
  7. Hemat lahan budidaya.
  8. Bisa dilakukan tanpa cahaya matahari.

Meskipun terlihat mudah dan menguntungkan, ada beberapa hal yang perlu Bapak/Ibu perhatikan jika ingin berbudidaya dengan sistem bioflok. Faktor utama keberhasilan budidaya lele sistem bioflok adalah dengan mengandalkan aerator sebagai penyuplai oksigen. Maka dari itu, aerator harus menyala terus-menerus setiap hari. Bila aerator berhenti, ada risiko terjadinya endapan bahan organik di dasar kolam yang bisa mempengaruhi tingkat keasaman air.

Cara Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok

Pembahasan selanjutnya adalah langkah yang perlu dilakukan agar budidaya lele bioflok bisa sukses. Cermati dan pahami langkah-langkah budidaya ikan lele bioflok berikut ini.

1. Pembuatan Kolam Bioflok Lele

Untuk memulai budidaya lele menggunakan sistem bioflok, Bapak/Ibu hanya perlu menyiapkan kolam terpal dengan ukuran kolam 1-3 m3 saja. Ukuran kolam sekitar 1 m3 dapat menampung hingga 1.000 ekor ikan lele. Jumlah tersebut relatif tinggi dan bisa membawa keuntungan lebih banyak bila mengingat kolam budidaya lele konvensional dengan ukuran yang sama hanya mampu menampung sekitar 100 ekor ikan lele.

Dalam budidaya lele dengan sistem bioflok, kolam pemeliharaan biasanya didesain dengan bentuk bulat karena perawatannya praktis dan tidak memiliki titik mati sehingga memudahkan pengontrolan kualitas dan kuantitas air. Bapak/Ibu dianjurkan untuk menggunakan besi wiremesh atau bambu sebagai kerangka kolam sehingga kolam dapat berdiri kokoh. Untuk membuat kolam bioflok lele, berikut adalah beberapa alat dan bahan yang diperlukan:

Alat:

  • Blower 1 buah
  • Cangkul 1 buah
  • Gergaji besi
  • Tang pengikat kawat
  • Cetok
  • Lem

Bahan:

  • Terpal dengan diameter 172 cm dan tinggi 105 cm
  • Besi wiremesh 5,5 m 
  • Batu bata 50 buah
  • Semen 1 sak
  • Karpet tulang 5,5 m
  • Batu aerasi
  • Selang aerasi
  • Kawat
  • Paralon 2 inci

Setelah alat dan bahan yang diperlukan tersedia, Bapak/Ibu bisa mengikuti langkah pembuatan kolam bioflok berikut ini:

  1. Buat sketsa kolam dan bak kontrolnya.
  2. Buat pondasi kolam bulat dan pasang batu bata sebanyak dua susun.
  3. Potong besi wiremesh sesuai ukuran diameter kolam yang akan dibuat, lalu pasang di atas susunan batu bata.
  4. Timbun dasar kolam dengan pasir mengikuti kemiringan dasar kolam.
  5. Pasang terpal talang pada besi wiremesh untuk menahan tekanan air di terpal budidaya agar lebih tebal dan lebih kuat.
  6. Pasang selang pada bagian atas besi wiremesh agar tidak mudah robek dan aman saat pemeliharaan atau pemantauan.
  7. Pasang terpal sampai seluruh bagian dalam kolam tertutup terpal dengan sempurna, lalu lipat bagian atas ke luar agar terpal tertata rapi dan tidak mudah berubah-ubah posisinya.
  8. Pasang aerator sebagai penyuplai oksigen dan alat pengadukan yang sangat dibutuhkan dalam bioflok. 

2. Persiapan Air Kolam

Setelah kolam bioflok lele berdiri kokoh, Bapak/Ibu dapat mengisi kolam dengan air bersih hingga ketinggian 80-100 cm. Lalu, tebarkan probiotik dengan dosis tertentu untuk dua hari ke depan. Berikut ini uraian dosis yang dibutuhkan:

  • Hari kedua : Taburkan probiotik dengan dosis 5 ml/m3. Bapak/Ibu dapat menggunakan jenis probiotik seperti BMW atau POC.
  • Hari ketiga : Taburkan probiotik atau pakan untuk probiotik (bakteri patogen) dalam bentuk molase atau tetes tebu sebanyak 250 ml/m3. Lalu di malam hari, taburkan dolomit sebanyak 150-200 gram/m3.

Di hari selanjutnya, diamkan kolam selama 7-10 hari agar mikroorganisme di dalamnya dapat tumbuh dengan baik. Di hari ke sebelas, Bapak/Ibu dapat menebarkan bibit ikan lele.

3. Penebaran Bibit Lele

Selanjutnya, Bapak/Ibu dapat menebarkan bibit lele yang telah dipersiapkan. Namun, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit ini, di antaranya:

  • Berasal dari indukan berkualitas unggul.
  • Memiliki pergerakan aktif.
  • Dalam keadaan sehat dengan organ yang lengkap.
  • Memiliki bentuk yang proporsional dengan ukuran 5-9 cm.
  • Bentuk, ukuran, dan warna yang seragam.

Bibit yang sudah terseleksi dimasukkan ke dalam kolam yang sudah disiapkan dan diisi air dengan kepadatan tebar sekitar 500-1.000 ekor/m3. Penebaran bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit tidak stres karena pengaruh fluktuasi suhu. Namun, sebelum ditebar, bibit perlu melalui proses adaptasi terlebih dahulu dengan memasukkan bibit dalam plastik/bak/dirigen/tong dan mengapungkannya ke dalam kolam selama 15 menit, lalu buka penutupnya. Nantinya, bibit akan keluar sendiri atau Bapak/Ibu bisa mengeluarkannya dari wadah secara perlahan.

4. Pemberian Pakan

Meskipun flok hasil olahan limbah lele bisa dijadikan pakan alami, Bapak/Ibu tetap perlu mempersiapkan pakan lainnya, namun dengan jumlah dosis yang lebih sedikit dari biasanya. Pastikan pakan lele mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ikan lele, dengan ukuran pakan yang tidak terlalu besar tetapi tidak terlalu kecil, sesuai dengan ukuran mulut lele.

Idealnya, berikan pakan lele di pagi dan sore hari (pukul 7.00 dan 17.00) dengan dosis sebesar 80%. Selebihnya disediakan ruang di lambung untuk memakan flok-flok dalam kolam dan produksi enzim-enzim pencernaan. Akan tetapi, bila substrat/polymer/bioflok sudah terbentuk atau akumulasi pakan sudah tinggi, dosis pakan bisa dikurangi hingga 30%. Pakan yang akan diberikan kepada lele sebaiknya difermentasi terlebih dulu dengan probiotik untuk menghasilkan enzim protease, amilase, lipase, dan selulase yang bisa meringankan kerja organ pencernaan hingga 30% dan membantu pemotongan rantai panjang pada protein serta lemak.

5. Pemberian Probiotik Tambahan

Pemberian probiotik dilakukan melalui 2 cara yaitu, pakan dan media air budidaya. Pemberian probiotik melalui pakan bertujuan untuk menekan mikroba yang merugikan di saluran pencernaan, pemberian melalui media air bertujuan untuk memperbaiki kualitas air.

Saat proses pembesaran benih lele, Bapak/Ibu perlu memberikan probiotik tambahan sebelum ukuran lele mencapai 12 cm. Berikan probiotik tambahan dengan dosis 5 ml/m3, ragi tempe dengan takaran 1 sendok makan per m3, ragi tape 2 butir/m3, dan dolomit di malam hari dengan dosis 200-300 gram/m3 setiap 10 hari sekali.

Bila lele sudah mencapai ukuran 12 cm dan lebih, maka pemberian ragi tempe mulai ditambah. Berikan probiotik dengan dosis 5 ml/m3, ragi tempe 3 sendok makan/m3, ragi tape sebanyak 6-8 butir/m3, dan dolomit sebanyak 200-300 gram/m3 di malam hari. Sebelum dimasukkan ke dalam kolam, ragi tempe dan tape perlu dilarutkan terlebih dulu di dalam air.

6. Manajemen Kualitas Air

Dalam budidaya ikan lele bioflok, parameter kualitas air yang baik adalah:

  • pH 6-8
  • DO 4-5 ppm
  • Suhu 25-30 °C

Pada pH sedang atau antara 6-8, kadar amonia pada kolam stabil dan dapat didegradasi oleh mikroorganisme dan flok akan terbentuk. Lalu untuk DO, kadar optimalnya adalah 4-5 ppm. Jika terlalu rendah, bakteri anaerob akan mendominasi kolam dan membahayakan ikan. Sedangkan untuk suhu, suhu memiliki pengaruh yang kompleks terhadap pembentukan flok. Semakin tinggi suhu, proses metabolisme ikan dan sel akan semakin cepat. Hal ini berpengaruh terhadap akumulasi sisa hasil metabolisme ikan dan bahan organik serta ekso poly sacharida yang dihasilkan.

Untuk memelihara bioflok di kolam, Bapak/Ibu bisa menggunakan dolomit atau kapur pertanian (CaCO3) sebagai sumber gas karbondioksida yang sangat efektif karena dapat mengurai bakteri anaerob. Sedangkan untuk penggantian air, perlu dilakukan agar bahan organik yang mengendap dapat terbuang. Cara mudah untuk mengetahui jumlah bahan organik yang mengendap adalah dengan melihat dasar akumulasi pakan yang diberikan dan kontrol pada saluran atau paralon pembuangan. Apabila sudah terlalu pekat, dapat langsung dilakukan pergantian air.

Selama pemeliharaan berlangsung, warna air kolam lele akan berubah-ubah dari hijau muda, hijau pekat, cokelat, ke coklat kemerahan. Perubahan warna terjadi sejak pertama kali adanya perubahan dan transisi dominasi dari fitoplankton ke zooplankton. Kemudian, berganti dominasi menjadi koloni bakteri fotosintetik serta pembentukan flok.

air bioflok lele berwarna hijau muda
Sumber: Taufik Budhi Pramono (Bioflok Lele: Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20%, 2019)

Warna air yang terbentuk pertama kali adalah hijau muda karena dominasi fitoplankton dari kelompok alga hijau (Green Algae).

air bioflok lele berwarna hijau pekat
Sumber: Taufik Budhi Pramono (Bioflok Lele: Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20%, 2019)

Seiring dengan pemeliharaan ikan, warna air akan berubah warna menjadi hijau pekat yang karena adanya dominasi fitoplankton dari kelompok BGA. Transformasi warna air hijau muda ke hijau pekat yang biasanya berlangsung sekitar 8 minggu pemeliharaan merupakan titik kritis.

air bioflok lele berwarna kecokelatan
Sumber: Taufik Budhi Pramono (Bioflok Lele: Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20%, 2019)

Warna air selanjutnya akan berubah menjadi semakin pekat kecoklatan sejalan penambahan pakan dan molase sebagai sumber karbohidrat. Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan dominasi dari fitoplankton ke mikroba bakteri. 

air bioflok lele berwarna cokelat kemerahan
Sumber: Taufik Budhi Pramono (Bioflok Lele: Kematian < 3% dan Hemat Pakan 20%, 2019)

Perubahan warna air yang terakhir adalah dari coklat ke arah warna coklat merah atau merah muda. Hal ini dikarenakan munculnya plankton tertentu yang tahan dengan bahan organik tinggi serta tumbuhnya bakteri fotosintetik di air. Bakteri fotosintetik dan plankton hidup bersama dengan bakteri lainnya yang membentuk flok. Kondisi warna ini perlu dipertahankan hingga masa panen.

7. Pemanenan

Pemanenan budidaya lele bioflok yang dimulai dengan bibit berukuran 7-9 cm bisa dilakukan dalam 2-2,5 bulan atau saat ikan berukuran 10 ekor/kg. Sebelum dipanen, ikan dipuasakan terlebih dahulu untuk mengurangi stres. Apabila Bapak/Ibu akan memanen ikan pada sore hari, puasa dilakukan sejak pagi hari. Untuk memanen ikan, berikut adalah langkah-langkahnya:

  • Buang atau pindahkan air kolam ke kolam yang masih kosong atau belum diisi air. Nantinya, air tersebut bisa dimanfaatkan kembali sebagai media air bioflok siklus baru, sehingga dapat mempersingkat waktu persiapan media air bioflok selanjutnya. Air bekas yang bisa digunakan maksimal 50% terutama media air bagian atas.
  • Panen ikan menggunakan seser untuk mengambil ikan setelah air kolam surut. Kemudian, pindahkan ikan ke drum penampungan.
  • Sortir ikan di drum penampungan untuk dijual berdasarkan ukuran, kemudian timbang menggunakan wadah berupa drum.

Skala Bisnis Budidaya Lele Bioflok Makin Besar dan Berkembang dengan Kabayan

Kini, akses ke institusi finansial untuk mengembangkan bisnis Ikan lele dapat dengan mudah Bapak/Ibu jangkau karena eFishery punya Kabayan. Kabayan (Kasih, Bayar Nanti) merupakan penyedia akses ke institusi finansial yang sudah aman, berizin, dan diawasi langsung oleh OJK. Dengan Kabayan, transaksi pakan akan makin mudah, kebutuhan pakan terpenuhi, budidaya pun jadi lancar.

Yuk, pakai Kabayan dengan mengisi formulir di bawah ini!

Dapatkan Akses ke Lembaga Finansial yang Terpercaya, Terdaftar & Diawasi OJK!

Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.

  • https://dkpp.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/cara-budidaya-lele-dengan-sistem-bioflok-97 
  • http://eprints.upnyk.ac.id/15416/1/BUDIDAYA%20LELE%20DENGAN%20SISTEM%20KOLAM%20%20BIOFLOK.pdf 
  • https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/163547/
  • https://webadmin-ipusnas.perpusnas.go.id/ipusnas/publications/books/134609