JAKARTA – Sepanjang 2021, pendapatan startup akuakultur eFishery naik delapan kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan pendapatan tersebut ditopang oleh sejumlah pengembangan inovasi dan teknologi yang dihadirkan oleh eFishery sepanjang tahun ini diantaranya eFarm, eFisheryKu, dan eFresh.
Gibran Huzaifah selaku CEO dan Co-founder eFishery menyampaikan pencapaian yang didapatkan oleh eFishery berasal dari pemanfaatan teknologi yang selain ditujukan untuk peningkatan produktivitas di sektor akuakultur, juga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup dan usaha para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia.
Hingga akhir tahun ini, eFishery telah menjangkau setidaknya 27.000 pembudidaya dari 250 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Jumlah ini meningkat 1.073% dibandingkan angka tahun lalu. Untuk tahun 2022 nanti, Gibran menargetkan menggandeng 200.000 pembudidaya untuk bergabung ke dalam ekosistem eFishery.
Tidak hanya melalui teknologi yang dimiliki, para pembudidaya yang tergabung dalam ekosistem eFishery juga dapat terhubung secara langsung dengan institusi finansial mitra eFishery. Tak kurang dari 6.000 pembudidaya telah mendapatkan akses terhadap permodalan produktif, dengan total jumlah pembiayaan yang disetujui mencapai lebih dari Rp400 Miliar hingga akhir tahun 2021 ini.
Gibran mengatakan, melihat dampak positif yang dirasakan pembudidaya dari adanya fasilitas ini, ia menargetkan untuk menjangkau lebih banyak lagi pembudidaya. “Kami secara aktif melakukan kerja sama strategis dengan berbagai perusahaan perbankan dan fintech agar dapat menjangkau 30.000 pembudidaya dan menargetkan untuk memberikan pembiayaan total hingga Rp1,3 Triliun pada akhir tahun 2022.”
Selain mengembangkan teknologi untuk peningkatan produktivitas budidaya, eFishery juga membukakan akses terhadap pasar bagi pembudidaya yang kesulitan dalam menjual hasil panennya. “Di hilir industri, kami memiliki aplikasi eFresh yang dapat digunakan oleh mitra kami, para agen dan distributor ikan, untuk memperoleh informasi stok dan harga ikan sesuai dengan lokasi, sekaligus memesan pasokan ikan yang dibutuhkan. Dengan ini, kami berharap dapat menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil dan menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu pembudidaya dan pembeli,” jelas Gibran.
Gibran menambahkan, lebih dari 13.000 ton ikan hasil panen pembudidaya telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. eFishery mencatatkan total transaksi sebesar Rp420 Miliar dari distribusi ikan dalam negeri dan ekspor udang di tahun 2021 ini.
Hadirkan Indonesia Aquaculture Outlook 2022
Pada kesempatan ini, eFishery menghadirkan acara Aquaculture Outlook bertemakan “Digitalisasi Industri Akuakultur untuk Pangan Indonesia yang Berkelanjutan”. Acara ini menjadi bukti keseriusan eFishery untuk selalu bersinergi dengan sejumlah pihak, baik pemerintah, organisasi, dan seluruh pembudidaya di Indonesia, untuk mengembangkan sektor akuakultur, dan menyediakan sumber pangan yang berkelanjutan. Hal ini juga dilakukan untuk terus mendukung perkembangan ekonomi di Indonesia.
Ir. Ujang Komarudin A.K., M.Sc Selaku Direktur Pakan Dan Obat Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia yang turut hadir sebagai pembicara kehormatan dalam Aquaculture Outlook ini menyampaikan bahwa fokus dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini masih terus menggaungkan program prioritas perikanan budidaya di Indonesia. Hal ini terkait dengan aktualisasi semangat KKP dalam mengembangkan budidaya berbasis ekspor yang fokus pada empat komoditas unggulan yaitu udang, lobster, kepiting dan rumput laut.
Dalam hal ini, TB. Haeru juga menyatakan pada tahun 2024 diharapkan produksi udang mencapai target 2 juta ton dan dapat meningkatkan devisa negara, melalui evaluasi lahan budidaya, teknologi serta pendataan, dan juga revitalisasi serta modelling tambak.
Hal senada disampaikan oleh eFishery dalam materi yang disajikan pada Aquaculture Outlook 2022. Data KKP menyebutkan bahwa produksi udang di tahun 2020 masih di bawah 1 juta ton. Namun, dengan pendekatan teknologi yang tepat, produksi udang di Indonesia berpotensi menghasilkan lebih dari 2 juta ton.
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS., Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang hadir pada acara ini juga turut menjelaskan bahwa perikanan budidaya masih menjadi solusi dalam menjawab tantangan penyediaan kebutuhan pangan manusia di masa mendatang, dengan semakin meningkatnya permintaan namun kapasitas sumber daya yang terbatas. Peranan sektor perikanan budidaya untuk mendukung perkembangan ekonomi pun menjadi semakin penting dan strategis.
Diakui oleh Rokhmin bahwa untuk saat ini, potensi lestari sumber daya perikanan tangkap laut Indonesia maupun di dunia cenderung stagnan dalam dua dekade terakhir. Hal ini menjadikan perikanan budidaya sebuah jawaban akan kebutuhan sumber protein yang lebih berkelanjutan.
Situasi ini menjadi dasar bagi eFishery untuk menghadirkan digitalisasi di sektor akuakultur, yang telah dilakukan sejak 2013 yang lalu. “Visi kami adalah menjadikan akuakultur sebagai sumber protein hewani utama di dunia. Kami harap inovasi dan teknologi yang telah kami hadirkan dapat menciptakan sumber pangan yang berkelanjutan baik di Indonesia maupun di seluruh dunia,” tutup Gibran.