Di industri Akuakultur, budidaya udang merupakan salah satu sektor yang berkembang dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir karena meningkatnya permintaan pasar di seluruh dunia. Di Indonesia saat ini, budidaya udang menjadi salah satu sektor prioritas untuk meningkatkan perekonomian nasional. Namun, masih banyak permasalahan yang dihadapi para Petambak, seperti penyakit pada udang.
AHPND, Penyakit Udang yang Mematikan dan Merugikan
Salah satu penyakit udang yang mewabah di Indonesia adalah penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) atau yang awalnya dikenal sebagai Early Mortality Syndrome (EMS). AHPND adalah sebuah penyakit yang menyerang udang dan dapat kematian massal secara tiba-tiba hingga 100% yang dapat diamati dalam 30-35 hari. Maka dari itu, penyakit ini adalah ancaman besar bagi Petambak Indonesia.
Wabah AHPND udang ini pertama kali muncul di Cina pada tahun 2009, lalu menyebar secara masif ke Vietnam (2010), Malaysia (2011), Thailand (2012), Meksiko (2013), Filipina (2015), Amerika Selatan (2016), dan Amerika Serikat (2019), seperti yang bisa dilihat pada gambar 1.
Sejak ditemukan pada tahun 2009, AHPND telah menjadi salah satu tantangan utama dalam budidaya udang. Produksi udang di wilayah yang terkena AHPND turun sekitar 60%, mengakibatkan kerugian sangat besar di seluruh Asia (Cina, Malaysia, Thailand, Vietnam). Selain itu, penyakit AHPND menunjukkan kerentanan yang lebih besar pada Penaeus monodon dan Litopenaeus vannamei.
Penyebab Penyakit AHPND pada Udang
Penyakit AHPND disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Vibrio parahaemolyticus yang mengandung plasmid pVPA1 yang dapat mengeluarkan toksin bernama PirA dan PirB yang merupakan faktor virulensi utama.
PirA berikatan pada membran sel dan reseptor serta memfasilitasi pengenalan target secara spesifik, sedangkan toksin PirB berikatan dengan jaringan epitel hepatopankreas dan menginduksi kematian sel melalui pembentukan pori. Kedua toksin ini akan membentuk kompleks dan menghasilkan efek toksik yang tinggi.
Bakteri penyebab AHPND menargetkan kelenjar pencernaan (hepatopankreas) dan merusak sel hepatopankreas seperti R (resorptif), B (blister), F (fibrillar) dan E (embrionik) yang mengakibatkan disfungsi dan kematian besar-besaran pada udang di dalam kolam budidaya.
Ditemukan juga bahwa Vibrio owensii, Vibrio campbellii, dan Vibrio harveyi memiliki plasmid seperti pVA1 yang menunjukan bahwa gen toksin ini dapat ditransfer ke berbagai spesies Vibrio.
Cara Mengatasi AHPND dengan Tepat
Penyakit AHPND bukan tidak bisa ditangani. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen pada sistem budidaya udang, seperti AHPND, umumnya dikendalikan dengan menggunakan strategi manajemen yang tepat. Beberapa cara mengatasi AHPND yang bisa Bapak/Ibu lakukan adalah:
- Mensuplementasi imunostimulan
- Memberi probiotik
- Memberi bakteriofag
- Merawat kualitas air secara berkala
- Mengontrol padat tebar yang tepat sesuai kapasitas penyangga lingkungan
- Memastikan kualitas benih
- Menjaga aerasi
- Menjaga kualitas dan kuantitas pakan
Itulah langkah penanganan yang bisa Bapak/Ibu ambil untuk mengendalikan AHPND. Sampai jumpa di artikel SIAR selanjutnya!
Untuk mengetahui informasi lengkap mengenai budidaya udang, Bapak/Ibu dapat mengunjungi eFarm!
Butuh Bantuan Terkait Bisnis Budidaya Udang?
Isi data diri Bapak/Ibu di formulir berikut ini. Tim kami akan segera menghubungi Bapak/Ibu melalui nomor handphone yang terlampir. Pastikan data yang diisi sudah benar.